Liputan6.com, Jakarta Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia menandatangani kesepakatan dengan PT Pertamina (Persero) mengenai skema baru pembayaran utang. Per Desember 2018, Garuda Indonesia memiliki utang ke Pertamina sebesar sekitar Rp 2 triliun.
Driektur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan dengan adanya kelonggaran pembayaran utang ini membuat keuangan perusahaan bisa lebih longgar.
"Pertamina kita ada utang sekitar Rp 2 triliun per akhir Desember 2018, itu yang nanti dicicil sampai dengan 18 bulan. Tapi dari Januari 2019 kita sudah lancar," kata Ari di Kementerian BUMN, Kamis (14/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Utang sebesar Rp 2 triliun itu merupakan utang Garuda Group yang terdiri dari Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia, serta Sriwijaya Group yang terdiri dari Sriwijaya Air dan Nam Air.
Selain itu, Garuda Indonesia juga sepakat dengan Pertamina mengenai penyediaan fuel untuk semua maskapainya yang beroperasi di luar negeri.
"Kita juga dengan Pertamina tunjuk langsung Pertamina untuk semua pengadaan fuel kita di luar negeri. Jadi kalau luar negeri langsung ke Pertamina jadi tidak perlu tender, hemat waktu, kalau ada perbedaan harga nanti langsung diskusikan," pugkas Ari.
Garuda Kaji Batalkan Pesanan Pesawat Boeing 737 Max 8
Garuda Indonesia tengah mengkaji ulang pemesanan pesawat Boeing 737 Max 8. Bahkan, Garuda membuka kemungkinan untuk membatalkan semua pesanan pascakecelakaan Ethiopia Airlines yang menggunakan jenis pesawat yang sama.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menjelaskan, saat ini Garuda masih memiliki pesanan 49 pesawat Boeing 737 Max 8.
"Kita belum sampai ke arah sana (pembatalan), tapi kemungkinan bisa saja, karena Lion juga sudah batalkan," kata Ari di Kementerian BUMN, Kamis (14/3/2019).
Sebenarnya, pascakecelakaan PK LQP milik Lion Air beberapa waktu lalu, Garuda Indonesia juga sudah mengkaji pengurangan jumlah pesanan Boeing 737 Max 8 dari 49 yang belum di-deliver hanya menjadi 20 unit pesawat, sementara sisanya akan ditukar dengan Bleing 787.
Baca Juga
"Tapi kalau kemudian kemarin ada kejadian Ethiopia Airline, ini mau bagaimana? Ini menjadi kekuatan kita dalam melakukan negosiasi dengan Boeing," tegasnya.
Garuda Indonesia saat ini memang mengoperasikan satu unit Boeing 737 Max 8. Hanya saja pesawat tersebut untuk sementara tidak diterbangkan sebagai tindak lanjut pengecekan ulang tingkat keselamatan dan keamanan pesawat itu sendiri.
Meski pesawat yang biasa digunakan untuk terbang ke Singapura ini tak terbang, Ari menyebut ini tak mempengaruhi bisnis Garuda Indonesia secara signifikan.
"Tentunya kita akan ajukan kompensasi ke Boeing, soalnya ini sudah empat hari tidak beroperasi. Kompensasi kita sedang hitung, termasuk biaya perawatannya selama tidak terbang," ucap mantan Dirut Pelindo III tersebut.
Advertisement