PwC: Kehadiran Perempuan di Dunia Bisnis Global Masih Rendah

Perempuan yang menggeluti dunia bisnis hanya ada 18 persen di Indonesia sementara di global hanya 23 persen.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 16 Mar 2019, 13:41 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2019, 13:41 WIB
Bekerja di Kantor
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka mempringati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 12 Maret 2019, PwC Indonesia dan Family Business Network Asia menggelar diskusi dengan mengusung topik “Leading Women in Family Business” (Pemimpin Perempuan dalam Bisnis Keluarga) pada Jumat 15 Maret 2019.

Dalam diskusi ini, PwC juga mempublikasikan hasil Family Business Survey (FBS) 2018 yang menunjukkan bagaimana peran perempuan dalam memperkuat pertumbuhan bisnis keluarga di tengah ketakutan akan gagalnya bisnis tersebut.

Perempuan memiliki peran yang sangat banyak dalam sebuah bisnis keluarga, namun sayangnya hasil dari FBS 2018 menunjukkan bahwa kehadiran wanita dalam bisnis di Indonesia dan secara global masih sangat rendah, yaitu rata-rata 24 persen di Indonesia dan 21 persen secara global.

Tidak hanya itu saja, pada generasi selanjutnya, perempuan yang menggeluti dunia bisnis hanya ada 18 persen di Indonesia sementara di global hanya 23 persen.

Ini terjadi karena masih sedikit yang sadar bahwa perempuan memiliki potensi yang luar biasa dalam membangun sebuah bisinis. Masih banyak perusahaan yang menyepelekan kinerja kaum perempuan.

Menurut Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady, yang hadir dalam diskusi, kesetaraan jumlah perempuan dan pria dalam suatu bisnis akan membawa dampak yang bagus yaitu keseimbangan, prespektif dan perencanaan startegi bisnis yang lebih baik. Karena perempuan memberi sensitivitas untuk melihat basis konsumen. Selain itu wanita juga lebih mengetahui bagaimana cara melakukan pemasaran yang lebih baik.

PwC pun menyebutkan bahwa sebenarnya potensi yang dimiliki oleh kaum hawa dapat dimaksimalkan dengan 4 cara yaitu kesetaraan dalam perekrutan, diberikan kesempatan untuk menjadi pimpinan, mendapatkan dukungan, serta adanya kebijakan yang tepat bagi para perempuan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sri Mulyani: Partisipasi Perempuan Bekerja di Indonesia Hanya 54 Persen

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, partisipasi angkatan kerja (labor participation) perempuan di Indonesia hanya 54 persen. Angka tersebut masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki sebanyak 83 persen.

"Tadi saya sebutkan labor participation untuk perempuan, itu masih jauh tertinggal hanya 54 persen dibandingkan lebih dari 83 persen untuk laki-laki," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Menurutnya, kondisi ini disebabkan banyaknya kendala dihadapi perempuan sejak dari masih masa anak-anak hingga dewasa. Selain itu dalam hal akses keuangan, perempuan juga sering kesulitan mendapatkan pinjaman karena tidak memiliki jaminan.

Sementara itu, partisipasi ibu rumah tangga selama ini juga kurang diperhitungkan dalam PDB. Hal tersebut pun tengah dikaji secara global.

"Dan sekarang ini secara global, sudah ada inisiatif untuk menginput value-nya itu. Sehingga nanti secara statistik akan di-recognized sebagai suatu nilai yang sangat penting," papar dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut pun menambahkan, pemerintah juga akan bekerja sama dengan BPS untuk melihat kondisi ini secara statistik.

"Dengan adanya data statistik, biasanya akan memberikan informasi dan juga bukti sehingga isu mengenai gender itu bisa diletakkan sebagai objektif," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya