Menko Luhut Optimistis Pemerintah Bisa Terapkan B100

Pemerintah saat ini terus mendorong pemakaian campuran BBM dengan minyak kelapa sawit sebesar 30 persen (B30).

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 17 Apr 2019, 20:47 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 20:47 WIB
Mangkir Mencampur Biodiesel dengan Solar, Siap Kena Denda
Pemerintah ingin menegakkan peraturan lebih ketat agar industri melaksanakan amanat tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengaku optimistis bisa menerapkan penggunaan Biodiesel 100 persen atau B100 kepada masyarakat luas.

Pemerintah saat ini terus mendorong pemakaian campuran BBM dengan minyak kelapa sawit sebesar 30 persen (B30) untuk kemudian bisa segera diterapkan.

"Sekarang sudah testing terus ya. Itu saya kira akan berdampak juga kepada kelapa sawit dan juga akan berdampak kepada penerimaan holders kita yang 40 persen itu. Saya kira itu akan berjalan," ujar dia di Jakarta, Rabu (17/4/2019).

Jika pemakaian B30 telah berhasil diimplementasikan, dia percaya penerapan B100 akan bisa segera terlaksana. "Dan akan masuk ke 100 persen. Karena kita akan mengurangi impor-impor Crude Palm Oil atau energi kita," ungkapnya.

Luhut menyebutkan, jumlah impor dari Crude Palm Oil (CPO) negara per tahunnya bisa mencapai Rp 350 triliun. Jika penerapan B30 mampu menekan impor CPO hingga separuhnya, ia yakni defisit neraca perdagangan atau Current Account Deficit (CAD) Indonesia bisa satu digit.

"Saya kira hampir Rp 350 triliun ya setahun. Jadi kalau kita bisa kurangi itu hampir lebih setengah, saya kira CAD kita akan single digit," ujar dia.

Indonesia Bisa Hemat Devisa Rp 150 Triliun Bila Pakai B100

(Foto:Liputan6.com/Ilyas I)
Peluncuran perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman meluncurkan uji coba penggunaan biofuel 100 persen CPO (B100). Penggunaan bahan bakar nabati (BBN) ini diyakini bisa menekan impor BBM dan menghemat devisa.

Amran mengungkapkan selama ini Indonesia mengimpor solar sebesar 16 juta ton. Sedangkan dari program B20 baru mencapai 6 juta ton.

"Untuk kebutuhan solar, impor 16 juta ton, 6 juta dari B20. Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri 20 juta ton," ujar dia di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (15/4/2019).

Dengan 100 persen menggunakan CPO, maka bisa menekan impor solar dan menghemat devisa hingga mencapai Rp 150 triliun.

"Nantinya secara bertahap selama 2 tahun terakhir impor kita berkurang karena menggunakan 6 juta ton CPO yaitu sehingga kita sudah selamatkan devisa. Selanjutnya nanti bisa saja 16 juta ton semuanya kita subsitusi dari solar menjadi CPO, yang kita lakukan sekarang namanya b100. ‎Nanti bisa hemat devisa negara Rp 150 triliun," lanjut dia.

Selain itu, dengan penggunaan B100, juga akan meningkatkan penyerapan CPO di dalam negeri. Sehingga akan meningkatkan harga CPO dan pada ujungnya membuat petani lebih sejahtera.

"Secara tidak langsung langsung kita tingkatkan pendapatan petani kita, menjamin kesejahteraan mereka. Karena produksi sawit CPO 46 juta, CPO kita ekspor 34 juta. Jadi hemat devisa, tingkat kesejahterakan petani, hemat enegi fosil, dampak ke lingkungan juga baik karena tidak ada asap," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya