Menhub Kaji Tarif Khusus Penyeberangan di Pelabuhan Merak dan Bakauheni

Menhub mengaku lebih memilih penerapan tarif khusus dibandingkan ganjil genap dari masyarakat di Pelabuhan Merak dan Bakauheni.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Mei 2019, 20:11 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2019, 20:11 WIB
20170621-Dermaga Penyebrangan Merak-Bakauheni Masih Sepi-Tebe
Sejumlah pemudik menanti waktu keberangkatan kapal di dermaga 6 Pelabuhan Penyebrangan Merak-Bakauheni, Banten, Rabu (21/6). Hingga H-4 lebaran 2017, belum terlihat penumpukan penumpang maupun kendaraan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengkaji penerapan tarif khusus bagi masyarakat yang menggunakan kapal penyeberangan di luar jam sibuk. Upaya ini bagian dari salah satu strategi yang disiapkan untuk memperlancar arus kendaraan di Pelabuhan penyeberangan Merak dan Bakauheni.

“Saya akan finalkan dalam 1-2 hari ini. Kita tidak ingin penerapan aturan itu melanggar aturan-aturan yang ada,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Dia mengaku lebih memilih penerapan tarif khusus dibandingkan penerapan ganjil genap setelah mendapat banyak masukan dari masyarakat.

Dengan pemberian tarif khusus pada penyeberangan siang hari di Pelabuhan Penyeberangan Merak dan Bakauheni, nantinya akan ada selisih harga lebih murah sekitar 20-30 persen untuk pemudik yang akan menyeberang pada siang hari.

Untuk penerapan rencana tersebut, Menhub mengaku akan berkoordinasi dengan stakeholder terkait dan diputuskan dalam waktu dekat.

“Dengan pembedaan harga, (menyeberang) malam hari lebih mahal dan siang hari lebih murah, bisa membuat orang memilih. Jadi malam (harganya) dinaikkan, yang siang diturunkan, maunya begitu,” lanjut dia.

Pemberlakuan tarif khusus ini diharapkan dapat menarik minat pemudik untuk menyeberang di luar jam-jam sibuk yaitu pada siang hari, sehingga dapat mengurai kepadatan di jam-jam tertentu khususnya di malam hari.

 


Sistem Ganjil Genap

20170622-Dini Hari, Pemudik Bermotor Penuhi Pelabuhan Merak-Tebe
Pemudik bermotor bersiap masuk ke dalam kapal penyeberangan di Dermaga 6 Pelabuhan Merak, Banten, Kamis (22/6). Dini hari, ribuan pemudik bermotor antri menyeberang dari Pelabuhan Merak menuju Bakauheni, Lampung. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, terkait rencana pemberlakuan skema ganjil-genap di Pelabuhan Penyeberangan Merak dan Bakauheni, Menhub mengaku banyak mandapat masukan dari masyarakat. Kebijakan ini dinilai akan menyulitkan bagi pemudik yang tidak mengetahui informasi ini.

“Kalau ganjil-genap, saya sependapat itu akan mempersulit. Karena orang yang lewat sana bukan orang yang tinggal di sini saja, ada orang dari Bandung, Jawa Tengah dan daerah lainnya yang tidak tahu. Itu mungkin menjadi masukan yang baik bagi kita,” ungkapnya.

Selain memberikan harga tarif khusus bagi pemudik yang akan menyeberang pada siang hari, strategi lain yang disiapkan dengan memanfaatkan kapal milik TNI AL untuk mengangkut kendaraan truk bermuatan sembako maupun kendaraan pribadi.

Dengan rute dari Pelabuhan Tanjung Priok langsung ke Pelabuhan Panjang di Lampung. Adapun memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan yang ada di sekitar Pelabuhan Merak pada masa arus angkutan Lebaran, dan mengoperasikan kapal-kapal penyeberangan berukuran besar dan cepat pada masa arus mudik


Jumlah Pemudik 2019 Diperkirakan Capai 23 Juta Orang

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan, jumlah pemudik pada musim mudik Lebaran tahun ini akan mencapai 23 juta orang. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya namun dengan penggunaan moda transportasi udara yang diperkirakan cenderung menurun.

Budi menjelaskan, pada 2017, jumlah masyarakat yang kembali ke kampung halaman mencapai 20,3 juta orang. Dari angka tersebut didominasi oleh angkutan udara sebanyak 5,9 juta orang, diikuti kereta api sebanyak 4,9 juta orang serta kendaraan pribadi dan bus sebanyak 4,3 juta orang.

Kemudian pada 2018, jumlah pemudik naik menjadi 21,6 juta orang, dengan komposisi yang sama yaitu angkutan udara sebanyak 6,3 juta orang, kereta api sebanyak 5,2 juta orang serta kendaraan pribadi dan bus sebanyak 4,5 juta orang.

"Pada 2017, ada 20 juta pergerakan orang. Di 2018 naik menjadi 21,6 juta pergerakan orang," ujar dia dalam Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, Senin (20/5/2019).

Sementara pada tahun ini, lanjut Budi, diperkirakan akan kembali mengalami kenaikan menjadi 23 juta orang. Namun, dengan banyaknya tol yang telah berfungsi maka penggunaan moda transportasi akan lebih merata.

"Kenaikan akan terjdi tahun ini. Kurang lebih23 juta orang akan mudik. Ini distribusi akan merata," kata dia.

Berdasarkan hasil survei Litbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pada mudik tahun ini, moda transportasi yang paling banyak digunakan yaitu bus sebanyak 4,4 juta orang, mobil pribadi sebanyak 4,3 orang, kereta api sebanyak 2,4 juta orang, pesawat sebanyak 1,4 juta orang dan sepeda motor sebanyak 942 ribu orang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya