Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Namun jika dilihat secara mingguan, harga minyak mengalami penurunan terbesar sepanjang tahun ini karena meningkatnya persediaan dan kekhawatiran kondisi ekonomi global.
Mengutip Reuters, Sabtu (25/5/2019), harga minyak mentah Brent naik 93 sen atau 1,4 persen menjadi USD 68,69 per barel. Secaara mingguan, harga minyak yang menjadi patokan harga dunia ini mencatat penurunan sekitar 4,5 persen.
Sedangkan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 72 sen atau 1,2 persen dan berakhir pada USD 58,63 per barel. Harga minyak ini mencatatkan penurunan mingguan sekitar 6,4 persen, paling curam sejak Desember 2018.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak mentah AS tertekan oleh pendakian inventaris yang berada di level tertinggi secara nasional sejak Juli 2017 dan tertinggi sejak Desember 2017 di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, AS.
Kekhawatiran akan pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang ditimbulkan oleh ketegangan perdagangan AS-China telah menghantam pasar global.
"Semua bisnis yang terkena dampak kenaikan tarif akan membuat keputusan baru mengenai rencana ekspansi dan juga hal lain. Ini akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi AS sehingga berpengaruh pada permintaan minyak AS sehingga menekan harga minyak," Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.
“Penurunan di bawah level support yang diperkirakan berada di level USD 56 per barel (untuk WTI) akan sangat terkait dengan masalah perdagangan antara AS dan China yang belum terselesaikan. Volatilitas akan terus meningkat sampai adanya kemajuan pembicaraan perdagangan yang signifikan." tambah dia.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Produksi AS dan OPEC
Naiknya produksi minyak mentah AS juga telah membebani harga minyak. Booming pengeboran minyak telah membantu menjadikan Amerika Serikat produsen minyak terbesar di dunia, di atas Arab Saudi dan Rusia.
Data hitungan rig atau sumur pengeboran AS, menunjukkan perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi selama seminggu ketiga berturut-turut.
Tetapi produksi Amerika Serikat masih diproyeksikan mencapai 13 juta barel per hari (bph) pada kuartal keempat, menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Secara umum, pengurangan pasokan - baik sukarela dan yang dihasilkan dari sanksi AS telah membuat harga merangkak naik.
Organisasi Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, atau lebih dikenal dengan sebutan OPEC +, telah memotong pasokan untuk memperketat harga di pasar.
Sanksi AS terhadap anggota OPEC Iran dan Venezuela juga telah mengekang ekspor minyak mentah mereka sehingga mengurangi pasokan di pasare global.
Advertisement