Harga Minyak Terperangkap Sentimen Perang Dagang dan Konflik AS-Iran

Pelaku pasar saat ini tengah menunggu laporan stok minyak dari Administrasi Informasi Energi AS yang dijadwalkan akan keluar pada Rabu pagi waktu setempat.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Mei 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2019, 06:15 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak hanya sedikit bergerak dan cenderung stabil pada penutupan perdagangan Selasa. Prospek peningkatan ketegangan AS-Iran mampu diimbangi dengan kekhawatiran perang dagang.

Ketegangan AS dengan Iran diperkirakan akan menganggu pasokan minyak sehingga mendorong kenaikan harga. Sedangkan perang dagang AS dengan China diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia sehingga menurunkan permintaan minyak.

Mengutip Reuters, Rabu (22/5/2019), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup pada USD 72,18 per barel, naik 21 sen.

Sedangkan untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD 62,99 per barel, turun 11 sen.

Harga minyak WTI turun sedikit pasca American Petroleum Institute menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik secara tak terduga minggu lalu, sebesar 2,4 juta barel. Padahal sebelumnya para analis memperkirakan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan 599 ribu barel.

Pelaku pasar saat ini tengah menunggu laporan stok minyak dari Administrasi Informasi Energi AS yang dijadwalkan akan keluar pada Rabu pagi waktu setempat.

"Saya pikir pasar mengambil napas, menunggu bagaimana persediaan di AS," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Harga minyak mentah memang terombang-ambing terutama karena adanya perselisihan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain.

"Situasi dengan China membuat bearish, sedangkan situasi dengan Iran membuat bullish," kata John Kilduff, analis Again Capital LLC di New York.

"Itu sebabnya saya pikir kita terus berada di jalan buntu," lanjut dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Konflik dengan Iran

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Presiden AS Donald Trump pada Senin kemarin mengancam Iran akan mengerahkan kekuatan besar jika Iran terus mengganggu kepentingan AS di Timur Tengah.

Pada Selasa, penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan bahwa ancaman dari Iran masih tetap tinggi, tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pentagon telah menahan potensi serangan terhadap AS.

AS mencurigai bahwa ada milisi yang memiliki hubungan dengan Iran telah mengorganisir serangan roket di ibukota Irak, Baghdad.

Gangguan pasokan karena ketegangan antara Iran dan AS ini bertambah karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC bersama dengan Rusia dan produsen lainnya telah menahan produksi untuk mendukung harga sejak awal tahun.

Arab Saudi pada hari Minggu mengindikasikan ada konsensus di antara OPEC dan produsen minyak sekutu untuk terus membatasi pasokan.

 

Perang Dagang AS-China

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sedangkan sentimen lain yang mempengaruhi harga minyak adalah perang dagang AS China. Pertarungan tarif yang berkepanjangan antara AS dan Cina menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.

Tanda-tanda bahwa ekonomi Asia sudah terganggu konflik perdagangan mendorong dolar AS ke level tertinggi dalam empat minggu, membuat minyak mentah lebih mahal.

Data ekonomi AS yang mengecewakan yang menunjukkan penjualan rumah yang ada turun untuk bulan kedua berturut-turut juga menghambat sentimen permintaan minyak mentah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya