Liputan6.com, Jakarta - Reed Panorama Exhibitions bersama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) akan menghadirkan ratusan pelaku usaha dari industri waralaba, baik dalam maupun luar negeri pada tiga pameran bisnis tahunan, yakni Franchise & License Expo Indonesia (FLEI), Retail & Solution Expo Indonesia (RSEI) dan Cafe & Brasserie Expo Indonesia (CBI).
Adapun ketiga pameran bisnis waralaba ini akan berlangsung pada 13-15 September 2019 di Hall B, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Pameran akan dibuka dari pukul 10 pagi hingga 9 malam.
Advertisement
Baca Juga
Gabungan ketiga pameran bisnis ini akan menampilkan lebih dari 350 merek usaha dari 20 negara, seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Korea Selatan, Jepang, China, Amerika Serikat, dan lain sebagainya.
Ketua Umum Perhimpunan WALI, Levita Ginting Supit, menargetkan adanya peningkatan nilai transaksi hingga mencapai USD 100 juta dalam penyelenggaraan tiga event bisnis selama 3 hari tersebut.
"Target kita adalah transaksi semakin meningkat. Kalau tahun lalu itu transaksi kita di expo tersebut adalah USD 80 juta. Jadi kita berharap (tahun ini) ada USD 100 juta, hanya transaksi di pameran aja," ungkap dia pasca sesi konferensi pers di What's Up Cafe Tebet, Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Tak hanya nilai transaksi, Levita juga berharap jumlah pengunjung pameran pada tahun ini juga bisa bertambah. Menurut catatannya, jumlah pengunjung pada pameran tahun lalu adalah sekitar 23 ribu. Untuk tahun ini, ia mengatakan, angka pendatang diproyeksikan naik minimal sebesar 10 persen menjadi sekitar 26 ribu orang.
"Target juga untuk visitor-nya lebih banyak lagi, mengingat exhibitor-nya juga bertambah. Jadi untuk pengunjung juga kita berharap lebih banyak lagi karena kami sudah mengundang dari semua pelaku usaha yang ada di seluruh daerah di Indonesia," tuturnya.
"Apalagi sekarang kan infrastruktur sudah sampai ke pelosok-pelosok, sehingga itu membuat pelaku usaha di daerah lebih bersemangat untuk membuka bisnis franchise (waralaba) di daerah-daerah mereka," dia menambahkan.
Dia melaporkan, tanda-tanda adanya peningkatan jumlah pengunjung sudah terlihat dari angka pendaftar secara online, yang hingga 5 September 2019 saja sudah meningkat dua kali lipat dibanding total pendaftar online pada tahun lalu.
"Tapi kalau kita bisa lihat, untuk yang mendaftar melalui online, tahun lalu cuman 2 ribu. Tahun ini, sekarang kan baru tanggal 5 (September), itu yang mendaftar sudah 4 ribu pengunjung. Artinya ada kenaikan 100 persen, dan itu belum selesai loh baru tanggal 5," pungkas dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pelaku Bisnis Waralaba Diminta Manfaatkan Teknologi
Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho mengungkapkan, pelaku usaha waralaba sudah sepatutnya beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
"Menurut saya untuk semua jenis usaha harus beradaptasi (dengan perkembangan teknologi). Karena itu sudah kebutuhan utama," ujar dia, di JCC, Jakarta, Jumat (5/7).
"Jadi meskipun jualannya cuma kue, semuanya harus beradaptasi dengan teknologi yang sekarang ini," lanjut Andrew. Â
Dia pun menegaskan bahwa pelaku bisnis waralaba yang bernaung di bawah AFI telah komit untuk menyelaraskan bisnis dengan perkembangan teknologi. Meskipun memang dalam implementasi diperlukan proses.
"Semua siap. Semua mau. Cuma kan tidak bisa langsung. Jadi mungkin yang punya rumah makan kecil dia sudah mulai pakai apps, sudah mulai bisa order online melalui online delivery. Semua mau ikut cuma memang tidak bisa langsung 100 persen high tech kan enggak bisa," ujarnya.
Salah satu contoh, kata dia, sejumlah pelaku bisnis waralaba yang menjadi anggota AFI sudah mulai menerapkan pembayaran dengan digital.
"(Pembayaran online) Indonesia tidak ketinggalan. Bisa bayar pakai lewat mobile. Sudah ada kok," tandasnya.
Advertisement
Pengusaha Yakin Bisnis Waralaba Tumbuh 10 Persen di 2019
Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho mengaku yakin pertumbuhan usaha waralaba di Indonesia bakal mencapai 10 persen tahun 2019 secara tahunan (yoy). Penopang pertumbuhan berasal dari sektor makanan dan minuman (Mamin).
"Target kami growth 10 persen untuk tahun 2019 year on year. Kalau tahun lalu enggak sampai 10 persen. Mungkin sekitar 5 sampai 6 persen," kata dia, usai pembukaan IFRA 2019, di JCC, Jumat (5/7/2019).
Keyakinan tersebut, ungkap dia, cukup beralasan. Karena pangsa pasar Indonesia yang masih besar untuk digarap oleh pelaku bisnis waralaba.
"Paling banyak mamin. Karena memang pasar Indonesia besar sekali. Masih luas. Memang mungkin untuk orang memulai jualan kopi, kue, lebih simple gampang jadi banyak buka," jelas Andrew.
Meskipun demikian, dia mengatakan pihaknya melihat bahwa sektor-sektor selain Mamin juga akan mengalami pertumbuhan. Salah satunya bisnis waralaba yang bergerak di sektor jasa.
Ya (Mamin paling besar menopang pertumbuhan). Tapi juga sektor lainnya seperti jasa-jasa kursus, minuman, minimart juga tetap banyak masih populer juga. Karena Indonesia luas sekali. Pasar besar sekali," tandasnya.Â