Bos Alibaba Resmi Pensiun, Berapa Kekayaannya?

Bos Alibaba, Jack Ma, pensiun setelah 20 tahun memimpin perusahaan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Sep 2019, 19:36 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2019, 19:36 WIB
Jack Ma Bicarakan Digital Ekonomi di Depan Delagasi IMF-Bank Dunia
Presiden Bank Dunia Jim Yong kim bersama Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Shenzhen - Pendiri Alibaba, Jack Ma, resmi mundur sebagai Chairman perusahaannya pada Selasa (10/9/2019) pada usia 55 tahun. Jack Ma dan sahabat-sahabatnya mendirikan perusahaan e-commerce Alibaba pada tahun 1999. 

Dilansir CNBC, Selasa (10/9/2019), rencana pensiun Jack Ma sebetulnya sudah diumumkan sejak tahun lalu, penggantinya pun sudah dipersiapkan, yakni Daniel Zhang. Jack Ma berkata akan menghabiskan masa pensiunnya di dunia pendidikan.

Menurut Forbes, kekayaan Jack Ma saat ini sebesar USD 38,6 miliar atau Rp 542 triliun (USD 1 = Rp 14.052). Ia adalah orang terkaya nomor 21 di dunia.

Jack Ma yang dulunya guru Bahasa Inggris dan pemandu wisata malah menjadi orang terkaya di China. Satu-satunya pesaingnya adalah Ma Huateng, pendiri Tencent.

Pada awal berdiri, Jack Ma berhasil meyakinkan SoftBank asal Jepang untuk menanam investasi di Alibaba sebesar USD 20 juta pada Januari 2000. CEO Softbank, Masayoshi Son, mengaku punya kesamaan visi dengan Jack Ma.

"Kami tidak membahas soal revenue, kami bahkan tidak bicara soal model bisnis. Kami bicara tentang visi yang kami pegang," ujar Masayoshi Son kepada Wall Street Journal.

Jack Ma tidak mengecewakan visi Masayoshi. Alibaba terus bertumbuh dan menawarkan layanan baru seperti layanan jual-beli Taobao dan Alipay. Jack Ma pun menjadi tokoh kelas dunia dan kini mengikuti jejak Bill Gates yang sudah aktif di dunia pendidikan demi kemanusiaan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Resep Sukses Jack Ma, Si Gaptek yang Jadi Miliarder E-Commerce

Jack Ma
Jack Ma dalam pertemuan tahunan World Economic Forum yang digelar di Davos, Swiss (18/1/2017) (AP)

Mungkin tidak ada yang menyangka kalau Ma adalah orang yang tidak tahu apa-apa soal teknologi, alias gagap teknologi (gaptek). Bagaimana bisa orang gaptek sukses membesarkan perusahaan teknologi?

Ma, dalam wawancaranya dengan CNBC, mengakui kalau dirinya tidak mengetahui apapun soal teknologi, pemasaran dan hal apapun tentang bisnis. Sebaliknya, ada beberapa resep yang dia gunakan untuk mencapai kesuksesan hingga dirinya menjadi miliarder seperti sekarang, dikutip dari City A.M, Rabu, 28 Agustus 2019.

Pertama, pelajari mengapa orang bisa gagal. Jangan belajar dari kisah sukses, karena menurut Jack Ma, orang sukses hanya terlihat manisnya saja. Sebaliknya, kita harus tahu apa yang membuat usaha gagal agar kita tidak melakukannya di kemudian hari sekaligus membuat kita berpikir mencari alternatif jika suatu jalur berpotensi membuat usaha gagal. 

Kedua, dengarkan "tetangga" sebelah. Maksudnya bukan mendengarkan omongan orang-orang secara acak tentang bisnis mereka. Kalaupun ada, mereka punya potensi merendahkan kita sehingga jangan Anda hiraukan. Ketika "tetangga" yang sudah lebih dulu sukses punya jamu sendiri, coba ikut cicipi jamu tersebut untuk usaha Anda. Siapa tahu, berhasil.

Filosofi

Jack Ma Bicarakan Digital Ekonomi di Depan Delagasi IMF-Bank Dunia
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma mengatakan “pebisnis tak punya rasa takut, kompetitor yang seharusnya takut”.Liputan6.com/Angga Yuniar

Ketiga, terapkan filosofi "perbaiki atap saat matahari bersinar". Maksudnya, Ma dengan berani mengubah arah perusahaan justru ketika kinerjanya sedang dalam kondisi baik. Namun, ketika perusahaan sedang di bawah, waspadalah untuk mengambil tiap langkah. Jika badai datang tapi Anda tidak "naik ke atas untuk membetulkan atap, rumah Anda akan hancur". Kira-kira, demikian interpretasi filosofi Jack Ma dalam bisnisnya.

"Ketika saya merasa tahun ini hebat bagi perusahaan, artinya itu sebuah sinyal bahwa kami harus ubah arah perusahaan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya