Liputan6.com, Jakarta - Penerapan B30 pada tahun depan telah mendapat sambutan baik dari produsen mobil. Uji coba di Dieng pun berjalan baik meski biofuel sempat dikhawatirkan tak berfungsi baik di daerah dingin.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, berkata Gabungan Asosiasi Kendaraan Bermotor (Gaikindo) dan produsen mobil merk luar negeri ikut menyaksikan dan mengevaluasi uji coba B30. Mereka pun disebut tidak keberatan dan sedikit masalah yang muncul juga dapat teratasi.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi pantauannya bersama-sama, tak hanya ESDM, migas, BPPT, tapi kerja sama dengan stakeholder. Jadi produsen Toyota, Mitsubishi, semuanya itu ikut melihat, memantau betul bagaimana kondisi mobil yang digunakan sampai B30 selama ini," jelas Musdhalifah pada Selasa (24/9/2019) di Jakarta.
Salah satu hasil positif dari uji coba B30 adalah berhasil berfungsi di area dingin, pasalnya selama ini kelapa sawit dianggap relatif cepat melting di daerah dingin. Namun, hasil uji coba di Dieng ternyata berjalan lancar dan kini uji coba terus berlangsung hingga 50 ribu kilomenter.
Musdhalifah berkata pihaknya masih terus mengevaluasi penerapan B20. Selain itu, infrastruktur untuk menyambut B30 juga sedang digenjot, mulai dari untuk distribusi sampai penyimpanan stok FAME (Fatty Acid Methyl Esther).
"Itu baik ke provider BBM maupun BUBBN, Badan Usaha Bahan Bakar Nabatinya, sudah dikomunikasikan terus," jelas Musdhalifah.
Ia pun menambahkan bahwa target untuk B30 masih fokus di pasar domestik.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pakai Bahan Bakar B30, Kendaraan Tak Perlu Ganti Mesin
Pemerintah tengah mengujicoba kendaraan menggunakan Solar dengan campuran 30 persen biodiesel (B30). Program B30 ini akan diterapkan pada 2020.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (BaLitbang ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, mobil yang menggunakan B30 tidak Perlu mengganti komponen mesin untuk menyesuaikan spesifikasi bahan bakar yang sudah dicampur 30 persen biodiesel.
"Tidak perlu ganti komponen, itu sudah bawaan pabriknya," kata Dadan, di Lembang, Jawa Barat, Kamis (15/8/2019).
Menurut Dadan, kendaraan yang diuji coba jalan B30 mensimulasi kondisi kendaraan yang digunakan masyarakat. Untuk diketahui, kendaraan tersebut dalam kondisi standar pabrik. "Ini disimulasikan seperti sampel mobil," ujarnya.
Tahap uji coba B30 pada kendaraan sudah mencapai 60 persen. Uji coba tersebut diantaranya dengan mengoperasikan kendaraan yang telah diisi dengan bahan Bakar tersebut pada suhu rendah.
Uji coba yang dilakukan bersama para pemangku kepentingan, meliputi uji prespitasi dan uji kemampuan kendaraan untuk dinyalakan (start ability) pada kendaraan, setelah didiamkan (soaking) selama periode tertentu pada kondisi udara dingin.
Mesin diesel kendaraan yang diujimenggunakan bahan bakar B30 dengan kandungan Monogliserida yang berbeda. di Dieng, Jawa Tengah (14/8/2019) Pukul 03.00 WIB. Â
Advertisement
Gerindra Kritik Kebijakan Penggunaan Bahan Bakar B30
Anggota Fraksi Gerindra DPR RI, Bambang Haryo mengkritik rencana pengembangan bahan bakar biodiesel 30 persen (B30) yang tengah dilakukan pemerintah. Penggunaan B30 ditujukan untuk mengurangi impor migas yang kerap menjadi penyebab defisit neraca perdagangan.
Bambang mengaku prihatin terkait rencana penerapan B30 tersebut. Sebab menurutnya kebijakan tersebut hanya mampu mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar saja. Padahal, impor BBM jenis tersebut porsinya tidak terlalu besar terhadap total impor nasional.Â
"Kami sangat prihatin adanya satu kebijakan oleh pemerintah dimana akan menerapkan BBMÂ B30Â di mana sekarang ini sudah B20 yang tujuannya untuk mengurangi impor yang mana bahan bakar ini adalah solar saja," kata Bambang di Ruang Sidang Paripurna DPR RI, Jakarta, Selasa (16/7).
Sebaliknya, kata Bambang, justru impor nonmigas yang jauh lebih besar dan memberatkan kondisi neraca perdagangan Indonesia.
"Padahal, semua migas hanya kurang lebih 15 persen dari total import kita. Jadi, nonmigas ini jauh (lebih besar)," ujarnya.
Dia pun mengklaim, negara-negara di dunia yang menggunakan energi campuran bahan bakar fosil dan nabati rata-rata tidak lebih dari 10 persen atau B10.Â