Habiskan Rp 10 Triliun, Kartu Prakerja Tak Bisa Atasi Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan tingkat pendidikan yakni lulusan SMK sebesar 10,42 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Des 2019, 19:42 WIB
Diterbitkan 20 Des 2019, 19:42 WIB
Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi berdasarkan tingkat pendidikan yakni lulusan SMK sebesar 10,42 persen. Lulusan SMK ini berada di rentang usia 15-24 tahun.

Untuk mengatasi pengangguran pemerintah melahirkan kebijakan kartu prakerja. Namun peneliti Indef Mirah Midadan Fahmid mengatakan program kartu prakerja belum bisa mengatasi masalah pengangguran.

"Kartu prakerja tidak menyelesaikan masalah," kata Mirah dalam Diskusi Publik Refleksi Akhir Tahun 'Ekonom Perempuan: Mewaspadai Resesi Ekonomi Global' di Jakarta, Jumat (20/12/2019).

Anggaran kartu prakerja mencapai Rp 10 triliun. Targetnya 2 juta orang bisa ikut program ini. Sementara jumlah TPT ada 7 juta, artinya hanya 30 persen saja yang terserap pasar.

Namun, jika program ini mengikuti permintaan lowongan kerja di sistem informasi ketenagakerjaan (sisnaker), pengangguran yang terserap hanya 2,57 persen.

Kartu prakerja, kata Mirah hanya dapat menyasar pada pemberian keterampilan pada pengangguran struktural. Yakni mereka yang kehilangan perkerjaan karena adanya teknologi baru. Sementara bagi pengangguran friksional hanya dapat dilakukan dengan memperbaiki sektor hilir agar tercipta kecocokan.

Para peserta kartu prakerja nantinya hanya mendapatkan sertifikat keahlian. Sementara mereka tetap harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.

"Sertifikat pelatihan belum jadi jaminan dapat langsung terserap oleh pasar tenaga kerja atau indsutri," ujarnya.

Untuk itu, pemerintah perlu membuat kebijakan pelatihan bagi penerima kartu prakerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Sertifikasi juga harus dikeluarkan oleh lembaga berwenang (BSN) yang telah diakui pasar tenaga kerja atau industri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

Jokowi Sebut Kartu Prakerja Bukan untuk Para Pengangguran

Job Fair
Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

 Pemerintah segera menerbitkan Kartu Prakerja untuk para pencari kerja di Indonesia.

Langkah serius ini dibuktikan dengan rapat terbatas yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama beberapa jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Ketenagakerjaan dan kesempatan kerja menjadi bahasan utama dalam ratas yang digelar Selasa, 10 Desember 2019 lalu. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap uji coba Kartu Prakerja rencananya akan dilakukan pertama kali di Jakarta dan Bandung.

Jokowi menegaskan program tersebut bukan untuk menggaji para pengangguran, melainkan untuk pelatihan bagi para pencari kerja.

Saksikan video selengkapnya di channel Indosiar hanya di Vidio.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya