Melemah Lebih dari 2 Persen, Rupiah Sentuh 14.820 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.595 per dolar AS hingga 14.820 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Mar 2020, 11:35 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2020, 11:35 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turun sangat dalam pada perdagangan Jumat ini. Rupiah melemah lebih dari 2 persen.

Mengutip Bloomberg, Jumat (13/3/2020), rupiah dibuka di angka 14.595 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.820 per dolar AS. Menjelang siang rupiah terus tertekan hingga menyentuh 14.820 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.595 per dolar AS hingga 14.820 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,88 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.815 per dolar AS, melemah jika dibandingkan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.490 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat terkoreksi hingga lebih dari dua persen.

"Dalam perdagangan hari ini rupiah masih akan melemah," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dikutip dari Antara.

Euro jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor tidak terkesan oleh langkah-langkah stimulus Bank Sentral Eropa (ECB) untuk melawan dampak ekonomi dari wabah COVID-19.

Investor justru berbondong-bondong ke safe-haven dolar setelah The Federal Reserve mengatakan akan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan yang menunjukkan tanda-tanda tertekan.

ECB menyetujui langkah-langkah stimulus baru pada Kamis (12/3) untuk membantu ekonomi Zona Euro mengatasi meningkatnya biaya pandemi COVID-19, tetapi mempertahankan suku bunganya tidak berubah.

Beberapa jam kemudian, Federal Reserve Bank of New York mengatakan akan memperkenalkan 1,5 triliun dolar AS dalam operasi repo baru minggu ini dan mulai membeli berbagai surat utang jatuh tempo sebagai bagian dari pembelian surat utang pemerintah bulanan dalam gerakan membendung kepanikan yang disebabkan oleh krisis pasar.

 

Vonis WHO

WHO Umumkan Virus Corona Pandemi Global
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Menurut Ibrahim, kekhawatiran investor terwujud setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global.

Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus di luar China telah meningkat tiga belas kali lipat dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat.

Virus Corona telah menginfeksi 118.000 orang di 114 negara dan telah menelan 4.291 korban jiwa, dengan perkiraan jumlah tersebut akan terus meningkat.

Fed menawarkan 500 miliar dolar AS dalam operasi repo tiga bulan pada Kamis (12/3) dan akan menawarkan 500 miliar dolar AS tambahan dalam repo satu bulan serta 500 miliar dolar AS dalam pinjaman repo tiga bulan pada Jumat.

Namun, langkah tersebut hampir tidak menstabilkan mata uang dan pasar saham, karena semakin meningkatkan permintaan untuk dolar AS.

Dolar sebelumnya kesulitan, setelah Presiden AS Donald Trump melarang perjalanan dari Eropa untuk membendung virus corona.

Dengan larangan terbaru yang menimbulkan gangguan baru pada ekonomi global, para pedagang juga kecewa dengan kurangnya langkah-langkah luas dalam rencana Trump untuk melawan patogen, mendorong para pedagang bertaruh pada pelonggaran agresif lebih lanjut oleh Federal Reserve.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya