Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2020 Bisa Mendekati Nol Persen

Pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2020 dalam skenario berat akan mendekati titik nol persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2020, 13:53 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 13:53 WIB
Sri Mulyani Datangi Pusat Logistik Berikat
Menteri Keuangan Sri Mulyani ditemani Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi (kiri) mengunjungi Pusat Logistik Berikat (PLB) Dunia Express, Sunter, Jakarta, Jumat (4/10/2019). Sebelumnya, Sri Mulyani mengaku mendapat keluhan Presiden Jokowi terkait banjir impor tekstil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II 2020 dalam skenario berat akan mendekati titik nol persen. Hal ini terjadi jika pandemi virus Corona atau Covid-19 berlangsung secara jangka panjang.

"Kalau ini agak lama memang skenarionya di kuartal II dan III tekanannya sangat besar yaitu pertumbuhan bisa mendekati 0 atau 1,5 persen atau negatif -2 persen," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Selasa (14/4).

Kendati begitu bendahara negara ini yakin pertumbuhan ekonomi di Kuartal III 2020 terjadi pemulihan. Sehingga momentum tersebut diharapkan akan terus diakselerasi di tahun 2021 mendatang.

"Jadi tadi jawabannya kapan ekonomi pulih kta berharap kalau situasi covid bisa kita kelola terutama pada dampak sosial ekonomi dan keuangannya maka recovery akan bisa berjalan paling tidak kuartal terakhir tahun ini," kata dia.

Bendahara Negara ini menambahkan, tulisan ekonomi akan terjadi di tahun mendatang atau 2021. Bahkan dia memperkirakan keadaan ekonomi di tahun tersebut akan kembali berada di 4,5 bahkan 5,5 persen.

"Kita masih akan kita lihat karena terus terang hari ini kita masih harus melihat situasi di kuartal II ini. Dan kecepatan untuk penanganan covid. Jadi hari-hari ini pun kalo kita melihat proyeksi kita masih banyak sekali catatan namun tadi kita berharap kuartal III dan akselerasinya di kuartal IV terutama pemulihan sudah bisa terlihat indikasinya," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Akan Terkoreksi Cukup Tajam

Presiden Jokowi mengikuti pertemuan KTT ASEAN secara virtual pada Selasa 14 April 2020 guna membahas pandemi Corona COVID-19.
Presiden Jokowi mengikuti pertemuan KTT ASEAN secara virtual pada Selasa 14 April 2020 guna membahas pandemi Corona COVID-19. (Dok: Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi tajam pada 2020. Penurunan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara akibat pandemi Corona Covid-19.

 "Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi 2020 akan terkoreksi cukup tajam," kata Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna, mengenai refocusing dan anggaran di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020).

Mantan Wali Kota Solo tersebut menjelaskan, berbagai lembaga Internasional seperti IMF dan Bank dunia juga sudah memprediksi ekonomi global 2020 akan mengalami resesi. Menurut lembaga internasional tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia bakal tumbuh negatif.

 "Hitung-hitungan terakhir yang saya terima bisa tubuh negatif. Ekonomi global bisa tubuh negatif, minus 2,8 persen. Artinya tertarik sampai ke 6 persen," jelas Jokowi.

Sebab itu, kata dia, pemerintah harus menyiapkan skenario agar bisa pulih kembali. "Kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario, kita juga tidak boleh pesimistis, dalam upaya pemulihan kesehatan maupun ekonomi, insyallah kita bisa," jelas Jokowi.

Dampak Corona, Pertumbuhan Ekonomi 170 Negara Diprediksi Negatif

Mengintip Penanganan Pasien Kritis Virus Corona
Petugas medis memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). China melaporkan 254 kematian baru dan lonjakan kasus virus corona sebanyak 15.152. (Chinatopix Via AP)

Sebelumnya, World Economic Forum (WEF) memandang penyebaran Virus Corona (Covid-19) mulai menunjukkan dampak ekonomi terhadap dunia. Banyak negara yang memprediksikan ekonominya akan resesi. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi sejumlah negara akan negatif.

Managing Director WEF Saadia Zahidi menjelaskan sejumlah negara tengah berlomba-lomba mengeluarkan stimulus ekonomi demi menahan gempuran efek virus Corona di sektor ekonomi.

"Pemerintah di masing-masing negara harus memikirkan jangka panjang dalam mengantisipasi dampak ekonomi dari Covid-19 ini," kata dia seperti dikutip Liputan6.com dari laporannya, Minggu (12/4/2020).

Bahkan, ditegaskannya, negara-negara berkembang lebih sulit tiga kali lipat dibanding negara maju dalam menyelesaikan Covid-19 ini. Banyak pertimbangan, mulai dari teknologi yang dimiliki kurang memadai hingga fasilitas kesehatan yang minim.

"IMF memproyeksikan bahwa 170 negara akan mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita negatif tahun ini," tegas dia.

Untuk itu, dirinya menyarankan, dalam menanggulangi Covid-19 ini tidak hanya fokus dalam kebijakan domestik, melainkan juga ada kerja sama internasional. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya