Ramalan Sektor yang Bisa Bertahan dan Tersungkur di Tengah Pandemi Corona

Ada sektor usaha yang mampu bertahan. Namun ada pula beberapa sektor usaha yang menyerah dan pasrah terhantam dampak penyebaran virus Corona.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Apr 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2020, 08:00 WIB
Ini Yang Harus Dilakukan Operator Jika Layanannya Terganggu
Kualitas layanan telekomunikasi operator seluler sedang banyak dikeluhkan oleh para pelanggannya.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Corona masih terus berlanjut. Dalam skala besar, eskalasi ekonomi negara diprediksi bakal terhambat karena roda ekonomi tersendat. Survei Bank Indonesia tentang Kegiataan Dunia Usaha Triwulan I 2020 menunjukkan, kinerja dunia usaha turun 5,56 persen.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi, perusahaan masih bisa bertahan hingga Juni. Namun, ada pula beberapa sektor usaha yang menyerah dan pasrah terhantam dampak penyebaran virus.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P Roeslani menyatakan, tidak ada industri yang tidak terkena imbas penyebaran Corona. Namun, industri rokok dan telekomunikasi, seperti instalasi menara BTS, mengalami pertumbuhan dalam kondisi sekarang.

"Kalau yang tumbuh itu rokok, telekomunikasi, (pembangunan) BTS tower. Yang terdampak, sudah jelas pariwisata, hotel kan sudah tutup 1.600-an, restoran, transportasi, industrial estate, ritel dan penerbangan, itu sudah pasti," jelasnya kepada Liputan6.com, Kamis (16/4/2020).

Rosan juga menyebutkan beberapa sektor usaha yang bertahan namun tidak mengalami kinerja yang signifikan, seperti industri otomotif, semen, konstruksi, petrokimia dan perbankan.

Wakil Ketua Umum Apindo Bob Azam menyatakan industri alat kesehatan dan farmasi serta obat-obatan naik karena saat ini permintaan terhadap alat kesehatan dan obat-obatan sedang naik.

"Industri farmasi, alat kesehatan, telekomunikasi itu naik sekarang, karena orang beli alat kesehatan, obat, lalu berdiam diri di rumah dan bekerja di rumah jadi membutuhkan telekomunikasi," ujar Bob kepada Liputan6.com

Berbeda dengan Bob, Rosan menyatakan meskipun saat ini sedang baik, namun 90 persen bahan baku alat kesehatan masih impor sehingga harga masih mahal dan kinerja industri alat kesehatan dan farmasi juga tidak mengalami kenaikan yang tinggi.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Sektor Perkebunan

Penebangan Kebun Kelapa Sawit Ilegal di Taman Nasional Gunung Leuser
Perkebunan kelapa sawit ilegal di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh, Kamis (1/11). Pohon-pohon tersebut ditanam sejak tahun 2014 di kawasan hutan lindung. (JANUAR/AFP)

Lebih lanjut Rosan menyatakan sektor perkebunan justru terdampak karena konsumsi dunia menurun.

"Seperti kelapa sawit, banyak untuk ekspor. Ini kan terdampak juga. Lalu pertambangan juga menurun, seperti coal mine, batu bara, ekspor kita kan ke India. Mereka kan pertumbuhannya sedang turun, jadi kita terhambat," jelas Rosan.

Di sisi lain, Bob menyatakan, selain sektor pariwisata dan turunannya, sektor makanan dan minuman juga diprediksi akan turun meskipun awalnya diperkirakan naik.

"Awalnya diprediksi sektor makanan dan minuman naik, karena konsumsi naik, tapi karena mall-mall pada sepi, pada tutup, jadi sepertinya kinerjanya juga tidak signifikan," tutur Bob.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya