Dirilis Besok, Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Capai 4,5 Persen

Pertumbuhan ekonomi beberapa negara besar yang mengalami kontraksi lebih buruk akibat virus Corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2020, 14:40 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2020, 14:40 WIB
Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama atau kuartal I-2020 berada 4,5 persen. Menurutnya angka ini masih cukup lebih, bandingkan beberapa negara besar yang mengalami kontraksi lebih buruk akibat virus Corona.

"Pertumbuhan kuartal I 2020 kita antara 4,5 dan 4,7 persen," kata dia dalam rapat virtual dengan Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Senin (4/5).

Menteri Sri Mulyani menyebut data sampai dengan minggu kedua pada bulan Maret 2020 sebelum diumumkan adanya virus corona di Indonesia masih menunjukkan denyut ekonomi yang positif. Namun, terjadi kontraksi didua minggu selanjutnya.

Bendahara Negara ini menambahkan, beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dikisaran 4,5 dan 4,7 persen tersebut bisa dilihat dari beberapa komponen. Di mana, investasi langsung pada kuartal I-2020 pertumbuhannya mencapai 8 persen.

Adapun realisasi investasi kuartal I-2020 sebesar Rp210 triliun atau, 23,7 persen dari target 2020. Jumlah itu ditopang PMDN sebesar Rp112,7 triliun atau tumbuh 29, persen dan PMA sebsar Rp89 triliun.

Sementara ekspor pada pertumbuhan kuartal I-2020 juga masih mengalami pertumbuhan meskipun inpor terjadi kontraksi. Di mana, pertumbuhan ekspor mencapai 2,9 perseb dan inpor kontraksi minus 3, persen.

"Ekspor didukung sektor pertanian dan manufaktur. Faktor harga membuat ekspor tambang dan migas turun, kontraksi impor diakibatkan penurunan impor bahan baku dan barang modal," jelas dia.

Disamping itu faktor pendorongnya bisa dilihat dari laju inflasi Maret secara year on year yaitu 2,96 persen. Dimana tekanan berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan komoditas pangan.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik baru akan menggumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 pada Selasa, (5/4).

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Bos BKPM Yakin Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I Masih di Atas 4 Persen

Panel V Rakornas Indonesia Maju
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan paparan saat diskusi panel V Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Rabu (13/11/2019). Panel V itu membahas penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia percaya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 masih mengalami surplus meski tengah berperang melawan virus corona (Covid-19).

Walaupun jumlahnya lebih kecil dibandingkan pada kuartal sebelumnya, namun Bahlil yakin pertumbuhan ekonomi di 3 bulan pertama tahun ini tetap akan tumbuh lebih dari 4 persen.

"Triwulan (kuartal) 2 itu akan menurun. Pertumbuhan ekonomi kita di 2020 triwulan 1 saya masih yakin di atas 4 persen," kata Bahlil dalam sesi Market Sounding bersama Kementerian PUPR, Kamis (30/4/2020).

Kendati demikian, Bahlil tetap memperingatkan agar negara waspada terhadap wabah pandemi yang berkepanjangan. Sebab jika dibiarkan itu jelas akan semakin merusak perekonomian nasional.

"Namun di triwulan (kuartal) II itu hati-hati kita akan menurun. Ini bisa sampai 0 persen. Kalau masih landai lagi kita bisa turun minus," imbuh dia.

Jika pandemi Covid-19 bisa cepat berlalu pada Juni mendatang, maka ia punya keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi negara dapat kembali bangkit di kuartal III dan IV 2020.

"Kami setuju bahwa di masa Covid-19 ini adalah konsolidasi ke dalam untuk persiapkan segala sesuatu yang terkait dengan proses. Ketika Covid-19 selesai kita take off," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya