Liputan6.com, Jakarta - Di hari ketiga Lebaran, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto kembali meninjau pasar, mengecek ketersediaan dan memastikan harga-harga barang kebutuhan pokok tetap stabil sehingga terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.
Meski dalam pandemi Covid-19, pasar rakyat harus tetap beroperasi melayani masyarakat dan menjalankan Protokol Kesehatan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab untuk kesehatan bersama.
Pagi ini, Mendag Agus Suparmanto blusukan ke Pasar Jatinegara Jakarta dan kemudian Pasar Baru Bekasi untuk melakukan Operasi Pasar Gula (OPG) yang dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kg dan sekaligus memonitor perkembangan harga barang kebutuhan pokok.
Advertisement
“Saya kembali memantau stok dan harga kebutuhan pokok di pasar secara langsung. Sampai H+3 Lebaran ini, harga-harga relatif masih stabil dan bahkan cenderung turun untuk beberapa komoditi seperti bawang putih dan bawang bombai. Bawang merah yang masih tercatat tinggi sekitar Rp60 ribu per kg karena berkurangnya produksi. Sehingga produksi ini yang akan terus digenjot untuk menstabilkan harga,” tegas Mendag Agus di Pasar Baru Bekasi Jawa Barat Selasa (26/5/2020).
Baca Juga
Dalam pemantauan di Pasar Jatinegara Jakarta dan Pasar Baru Bekasi, Jawa Barat, harga-harga barang kebutuhan pokok umumnya relatif stabil seperti beras, minyak goreng, tepung terigu,kedelai, daging sapi, telur ayam ras, dan cabai merah keriting. Bahkan beberapa komoditi telahmengalami penurunan yang cukup signifikan di atas 5 persen yaitu cabai rawit merah dan bawangputih.
Namun demikian beberapa komoditi masih mengalami kenaikan yaitu daging ayam, bawangmerah, dan cabai merah besar.
Sementara itu, dalam Operasi Pasar Gula di Pasar Jatinegara yang dilakukan sebanyak 12 ton dandi Pasar Baru Bekasi sebanyak 4 ton bekerja sama dengan dua perusahaan yaitu PT Adikarya Gemilang dan PT Priscolin.
“Operasi pasar gula akan terus dilakukan. Di Pasar Baru Bekasi ini akan dipasok 4 ton setiap harisampai harga turun dan stabil,” Mendag Agus.
Sebagai catatan, sampai saat ini, total jumlah volume Operasi Pasar Gula yang telah dilakukansebanyak 36.516 ton antara lain di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Banten), Bogor danBekasi (Jawa Barat), dan seluruh wilayah di DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang (Jatim), Bandar Lampung (Lampung), Jambi serta Riau (Kepri).
“Dengan demikian saya pastikan stok gula untuk seluruh wilayah di Indonesia pada masa Lebaranini sampai masa panen tebu rakyat tiba, dapat dipastikan cukup dan harga terjangkaumasyarakat,” ujar Mendag Agus.
Harga Gula
Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan per 26 Mei 2020, harga rata-rata nasional gula pasir saat ini telah mengalami penurunan sangat signifikan lebih dari 10,38 persen dibandingkan pada bulan sebelumnya.
Bahkan, di pasar ritel modern, harga gula tetap stabil normal sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 12.500 per kg. Harga rata-rata nasional sudah berada pada kisaranRp14.000 hingga Rp16.500 per kg.
Pada kesempatan terpisah saat jelang Lebaran, Mendag Agus mengungkapkan hasil evaluasisementara, tentang masih tingginya harga gula pasir di masyarakat.
Pertama, bergesernya musim giling tebu rakyat yang biasanya dimulai di bulan Maret bergesermenjadi bulan Juni akibat adanya perubahan iklim.
Kedua, adanya mata rantai distribusi yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen.
Ketiga, ada pelaku bisnis gula nakal baik produsen, distibutor, maupun pedagang di pasar yangterbukti menahan gula dan mempermainkan harga apalagi di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini.
Keempat, belum maksimalnya realisasi impor oleh pabrik gula berbasis tebu sehingga jadwalproduksi dan distribusi gula pasir ke masyarakat mengawali pergeseran jadwal.
Pasokan impor gula mentah sebagai bahan baku gula pasir yang semula diperkirakan akan masuk di Indonesiapada Maret dan April 2020 bergeser menjadi Mei dan Juni 2020. Begitu juga impor gula pasirlangsung (GKP) oleh Bulog juga baru terealisasi bulan Mei dan Juni 2020.
“Menurut evaluasi sementara, pergeseran ini terjadi akibat beberapa negara tujuan impor jugamenjalankan lockdown atau karantina wilayah untuk mengurangi penyebaran COVID-19. Selain ituimportir juga kesulitan mencari transportasi angkutan karena adanya protokol kesehatan yangharus diikut di negara asal impor sehingga kondisi memicu pergeseran,” ungkapnya.
Advertisement