Defisit APBN Capai Rp 257,8 Triliun di Semester I-2020

Sri Mulyani mengatakan defisit APBN masih dalam posisi kecil.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2020, 13:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 13:30 WIB
Ilustrasi APBN
Ilustrasi APBN

Liputan6.com, Jakarta Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 257,8 triliun hingga semester I-2020. Angka defisit ini lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp 135,1 triliun.

"Defisit tahun ini mencapai 1,57 persen dari GDP lebih dalam dari defisit tahun lalu sebesar 0,85 persen dari GDP," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani di Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Kamis (9/7/2020).

Sri Mulyani mengatakan defisit ini masih dalam posisi kecil. Mengingat dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2020 pemerintah mengindikasikan atau menaikan defisit APBN pada tahun ini hingga mencapai 6 persen.

Adapun defisit pertengahan semester ini terjadi akibat penerimaan negara tak sebanding dengan belanja negara pemerintah.

Di mana pendapatan negara hanya mencapai Rp 811,2 triliun, atau lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 899 triliun.

Sementara belanja negara dikeluarkan pemerintah mencapai lebih dari Rp1.068 triliun pada semester I-2020. Angka ini justru meningkat bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.034 triliun.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video di bawah ini:

Sri Mulyani: Kita Harap Kuartal III 2020 Ekonomi Bisa Bangkit

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertumbuhan ekonomi global diprediksi mengalami kontraksi yang cukup dalam pada kuartal II-2020 akibat pandemi Virus Corona. Hal tersebut juga memberi pengaruh pada perekonomian dalam negeri. Di mana, ekonomi Indonesia diperkirakan negatif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah menyiapkan strategi untuk mendukung pemulihan ekonomi pada kuartal III-2020. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung pemberian dan restrukturisasi kredit UMKM.

"Pada akhirnya kita berharap kuartal III-2020 ekonomi kita bisa bangkit sehingga tidak lagi berada di zona kontraksi. Ada confidance di mana sektor usaha kecil menjegah, korporasi, perbankan bisa bergerak," ujar Sri Mulyani dalam diskusi online, Jakarta, Selasa (7/7).

Sri Mulyani melanjutkan, pemberian dukungan kredit tidak hanya diberikan bagi nasabah perbankan tetapi juga UMKM yang mendapatkan pinjaman dari lembaga pembiayaan. Segmen ini mendapat restrukturisasi dan subsidi dari pemerintah.

"Kita juga mendukung UMKM yang berada di bawah lembaga pembiayaan seperti ojek dan lain lain. Itu semua diberikan dukungan berupa restrukturisasi dan subsidi. Kita juga memberikan UMKM yang ada di Pegadaian, yang ada di PMN Mekaar, ultra mikro, koperasi, bank wakaf juga kita cover," jelasnya.

Pemberian stimulus tersebut diharapkan mampu menggerakkan kembali roda perekonomian. "Kita harapkan, pemerintah sudah memberikan seluruh alokasi resources, policy, memberikan jaminan dan sumber dana yang murah agar ekonomi bergerak," jelas Sri Mulyani.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya