Liputan6.com, Jakarta - China mengumumkan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 5 persen pada 2025. Selain itu, China juga menetapkan langkah-langkah stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Rabu (5/3/2025), China juga menaikkan target defisit anggaran menjadi sekitar 4 persen dari PDB dari 3 persen tahun lalu, menurut laporan resmi.
Baca Juga
Defisit 4 persen akan menandai rekor tertinggi sejak 2010, menurut data Wind Information. Data itu menunggu defisit tertinggi sebelumnya 3,6 persen pada 2020.
Advertisement
Laporan pemerintah menguraikan rencana menerbitkan 1,3 triliun yuan atau USD 178,9 miliar dalam bentuk obligasi berharga khusus jangka panjang pada 2025. Jumlah itu sekitar Rp 2.919 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.329). Penerbitan obligasi itu 300 miliar yuan lebih banyak dari tahun lalu.
Obligasi perbendaharaan khusus senilai 500 miliar yuan lainnya akan diterbitkan untuk mendukung bank-bank komersial milik negara yang besar.
Paket fiskal yang diperluas juga mencakup penerbitan obligasi pemerintah daerah senilai 4,4 triliun yuan thaun ini untuk membantu meringankan beban pembiayaan.
Dalam pengakuan implisit atas permintaan domestik yang lesu, China merevisi turun target inflasi harga konsumen tahunannya menjadi sekitar 2 persen, terendah dalam lebih dari dua dekade, dari tiga persen atau lebih tinggi pada tahun-tahun sebelumnya, menurut Asia Society Policy Institute.
Selain itu, tujuan inflasi baru akan bertindak lebih sebagai batas atas daripada target yang harus direalisasikan. Harga konsumen naik hanya 0,2 persen pada 2024 dan 2023, sedangkan harga produsen telah turun lebih dari dua tahun.
Ketidakpastian Eksternal Meningkat
Sementara itu menekankan peningkatan konsumsi domestik sebagai prioritas utama, China berjanji memperluas program tukar barang konsumen dengan tambahan 300 miliar yuan dalam obligasi pemerintah khusus jangka panjang.
Pejabat China menuturkan, ketidakpastian eksternal meningkat dan target PDB sebesar 5 persen akan memerlukan kerja yang sangat berat untuk mencapainya.
Mengenai target inflasi yang diturunkan, anggota tim penyusun laporan kerja pemerintah, Chen Changsheng mengakui jika harga terlalu rendah, sulit untuk memberi insentif kepada bisnis untuk investasi dan meningkatkan pendapatan konsumen.
Ia mencatat, laporan kerja itu menyerukan empat tugas untuk mengatasi harga yang tertekan, memperluas dukungan fiskal, berupaya untuk meningkatkan konsumsi, menggunakan regulasi untuk mencegah perang harga, dan melakukan upaya lebih besar untuk stabilkan harga real estate.
Advertisement
China Lobi WTO soal Tarif Impor Baru AS
Sebelumnya, China dikabarkan berupaya menjalani negosiasi di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait turbulensi perdagangan yang terjadi akibat tarif dagang yang diberlakukan Amerika Serikat.
Mengutip US News, China dilaporkan mendorong pengawas perdagangan global untuk menanggapi pengenaan tarif impor yang dikenakan AS.
Sebagai informasi, Presiden AS Donald Trump telah menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 20%.
Diskusi WTO, yang akan berlangsung pada Selasa malam atau Rabu dini hari, akan menjadi sesi pertama menyusul ketegangan perdagangan AS-China yang meningkat.
Seorang pejabat China di WTO mengatakan bahwa pihaknya akan menyampaikan pernyataan resmi yang menyuarakan kekhawatiran tentang tindakan unilateral dan proteksionis pada perdagangan.
Namun, pejabat tersebut tidak menyebut nama negara yang dimaksud.
Direktur Jenderal Ngozi Okonjo-Iweala sejauh ini telah mendesak 166 anggota WTO untuk menahan diri dari tindakan balasan jika terjadi tarif dagang dari Amerika Serikat, guna menghindari perang dagang.
Xi Jinping Temu 4 Mata dengan Bos Alibaba hingga BYD
Diwartakan sebelumnya, Presiden China Xi Jinping pada Senin (17/2) mengadakan pertemuan dengan sejumlah bos besar perusahaan swasta negara itu.
Mengutip Channel News Asia, nama-nama yang termasuk dalam pertemuan tersebut mencakup pendiri Alibaba Jack Ma, Pendiri Huawei Ren Zhengfei dan pemimpin BYD Wang Chuanfu, serta pendiri Deepseek Liang Wenfeng.
Dalam pertemuan itu, Xi Jinping mendorong para pemimpin swasta China untuk tetap percaya diri pada kekuatan model dan pasar negaranya.
Pertemuan tersebut juga diadakan menyusul pengumuman tarif dagang terbaru sebesar 25% terhadap China yang dikenakan Amerika Serikat.
"Ini adalah waktu yang tepat bagi mayoritas bisnis swasta dan pengusaha untuk menunjukkan bakat mereka," kata Xi Jinping dalam sambutan yang dikutip media pemerintah China.
Potret yang dirilis media pemerintah China menunjukkan Xi Jinping tampak berbicara kepada para eksekutif swasta yang berbaris di depannya.
Advertisement
