Inovasi dan Branding Jadi Kunci Keberhasilan Bisnis Kuliner di Era New Normal

Indonesia dikenal dengan berbagai sajian kuliner khas yang kaya rasa dan unik.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jul 2020, 21:41 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2020, 13:05 WIB
Ilustrasi sambal
Ilustrasi sambal.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal dengan berbagai sajian kuliner khas yang kaya rasa dan unik. Salah satu makanan yang hampir tidak pernah ketinggalan disajikan adalah sambal.

Sambal pun bisa menjadi 'obat kangen' masakan Indonesia ketika di luar negeri, yang biasanya tidak menyediakan sambal. Apalagi orang Indonesia biasanya suka sambal rumahan yang baru saja diulek dan dengan bahan-bahan segar.

Inilah yang menarik minat Yansen Gunawan untuk membuat Eatsambel, sehingga para pecinta makanan pedas tidak perlu lagi repot-repot menyiapkan sendiri di dapur.

Setiap varian rasa yang dikeluarkan Eatsambel pun tidak sembarangan, tetapi melalui riset panjang untuk memastikan rasanya sangat enak.

"Sambal itu seperti makanan yang sudah lama, tapi saya ingin memadukan cita rasa dengan perkembangan teknologi digital saat ini. Sehingga saya mau Eatsambel bisa hits dan terkenal di segala kalangan, dari anak muda hingga orangtua," kata CEO & Co-Founder Eatsambel Yansen Gunawan dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Banyak orang Indonesia yang menggemari sambal, namun tidak semuanya bisa membuat sambal yang enak. Inilah yang membulatkan tekad Yansen untuk membuat sambal sesuai cita rasa orang Indonesia, dan membesarkan Eatsambel agar masyarakat Indonesia bisa tetap makan enak dalam kondisi apapun.

Pembuatan setiap produknya pun tidak sembarangan, melalui banyak proses dansurvei hingga hadirlah tiga varian rasa. Awalnya Yansen dan partner bisnisnya memberikan sambal secara gratis ke teman ataupun keluarga. Setelah mendapatkan respon yang sangat baik, barulah Eatsambel mencoba jualan dengan fokus merambah pasar online.

"Berawal dengan foto konten produk yang bagus, lalu saya mulai memasarkannya ke media sosial seperti Instagram dan juga menaruhnya di marketplace," cerita Yansen.

Yansen meyakini dalam bisnis kuliner, yang dibutuhkan bukan hanya rasa yang enak, melainkan juga branding produk itu sendiri. Untuk itu, ia pun memanfaatkan platform online untuk mendukung bisnisnya dan menjangkau minat konsumen terutama di masa pandemi Covid-19 ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Beri Diskon

sambal terasi
ilustrasi sambal terasi/copyright By ptingyakin (Shutterstock)

Eatsambel juga memberikan promosi dan potongan harga untuk mendukung masyarakat Indonesia, yang tengah menjalani banyak kegiatan di rumah di saat pandemi. Alhasil, Eatsambel pun tetap bertahan di antara bisnis kuliner lain yangberguguran.

"Kami melakukan promosi dan tetap produksi karena saya yakin bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang tertekan dengan di rumah saja tanpa bisa bepergian, makan di luar, sehingga Eatsambel harus tetap siap menemani mereka," katanya.

Lulusan DKV ini semula juga khawatir banyak karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Akan tetapi minat masyarakat yang besar terhadap produknya membuatnya berkomitmen untuk harus tetap bisa menggaji karyawannya.

Dengan adanya adaptasi kenormalan baru (new normal), dia optimis bisnisnya ikut membaik karena masyarakat bisa kembali beraktivitas dan memiliki pendapatan.

Dengan begitu daya beli masyarakat meningkat hingga bisa menghidupkan UMKM yang semula tertekan.Potensi ini juga mendorong Eatsambel berinovasi membuat sambal yang paling update.

Dibandingkan produk lainnya, Eatsambel bahkan berani memberikan garansi 100 persen uang kembali apabila rasanya tidak enak. Meski hanya dianggap pelengkap makanan, Eatsambel tetap disajikan dan dikemas dengan kualitas premium. Yansen menargetkan bisa mendistribusikan Eatsambel keseluruh Indonesia dan menjadikannya sambal khas Indonesia yang terbaik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya