BRI: UMKM Sudah Punya Bekal Pengalaman Hadapi PSBB Jakarta

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di DKI Jakarta mulai 14 September 2020 tidak akan banyak mengganggu bisnis UMKM.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Sep 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 15:45 WIB
Berburu Aneka Produk di UMKM Export BRILian Preneur 2019
Pengunjung melihat pakaian yang dipamerkan dalam acara UMKM Export BRILian Preneur 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (20/12/2019). UMKM Export BRILian Preneur 2019 menampilkan aneka produk dari 150 UMKM binaan Bank BRI dan Rumah Kreatif BUMN (RKB). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Supari mengatakan, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di DKI Jakarta mulai 14 September 2020 tidak akan banyak mengganggu bisnis pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurut dia, pelaku UMKM sudah memiliki cukup bekal menghadapi PSBB tahap II tersebut, lantaran sudah pernah merasakannya di periode awal wabah pandemi Covid-19.

"Saya ini barangkali tiap hari pergi ke pasar. Kok rasanya pelalu UMKM optimistis terus. Mereka tangguh meski ada masa-masa sulit. Saya yakin mereka sudah dapat pembelajaran cukup di April-Mei," kata Supari saat virtual press conference Pesta Rakyat Simpedes 2020, Jumat (11/9/2020).

Supari menceritakan pengalamannya mengunjungi pasar-pasar rakyat seperti di Parung dan Sawangan. Dia menyampaikan, seluruh pelaku UMKM di sana masih sehat seolah tidak terjadi apa-apa.

Beberapa di antaranya bahkan mengalami peningkatan omzet selama pandemi Covid-19 ini, seperti penjual daster dan tanaman hias.

"Kemarin saya ke pasar ikan di Parung, Sawangan, Ciseeng. Mereka kayak enggak terjadi apa-apa. Saya tanya sehat semua, enggak ada yang terkena. Mereka tetap optimistis karena kegiatan usahanya tidak ada yang terpengaruh sama sekali. Mungkin seperti yang jualan daster, itu omzetnya naik 150 persen. Penjual tanaman hias juga bagus," ungkapnya.

Meski begitu, Supari tetap mengingatkan pelaku UMKM agar patuh terhadap protokol kesehatan.

"Besok Senin PSBB lagi, saya pikir tidak akan berpengaruh signifikan. Tapi khususnya bagaimana ekonomi UMKM tetap berjalan, dan bagaimana kita disiplin protokol kesehatan. Rasanya optimisme pelaku UMKM tidak akan pernah luntur," ungkapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Berapa Jumlah UMKM di Indonesia? Ini Hitungannya

Pemberdayaan UMKM dengan KUR Berbunga Rendah
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah diharapkan dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM dalam mengembangkan bisnis dan daya saing. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Tidak bisa dipungkiri, usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia merupakan salah satu penggerak utama perekonomian. Maka tak heran jika sektor UMKM terganggu maka ekonomi nasional juga terganggu. 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencapai 64 juta. Angka tersebut mencapai 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia.

 

Selama pandemi Corona Covid-19 ini, sektor UMKM paling terdampak. Banyak dari pengusaha tersebut yang harus gulung tikar karena permintaan jatuh.  

“Selama pandemi ini jujur saja banyak yang terhenti usahanya, sekitar 30 persen yang usahanya terganggu. Sedangkan yang memang terganggu tapi menciptakan inovasi-inovasi kreatif sekitar 50-70 persen, meskipun mereka terkena dampak,” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan kepada Liputan6.com, Jumat (4/9/2020).

Kendati begitu, ia menyebut beberapa pelaku UMKM sudah mulai bangkit lantaran mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) seperti relaksasi KUR, subsidi bunga, modal kerja, serta Bantuan Presiden (Banpres) Produktif untuk usaha mikro dalam bentuk hibah.

“Banyak program yang saat ini masih berjalan seperti Banpres produktif untuk usaha mikro, kemudian program-program yang lain baru dimulai, jadi kita belum ada data berapa jumlah UMKM yang bangkit, tapi diharapkan pada September kita sudah memiliki data, juga diharapkan September ekonomi kita bangkit,” ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat setidaknya sejak pandemi terjadi, penjualan di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari.

Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong dan mempercepat UMKM agar go digital.

Program-program pelatihan dan pendampingan terus dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan berbagai marketplace besar seperti Shopee, Blibli, Tokopedia, Grab dan lainnya.

Alasan kerja sama tersebut, dari 64 juta UMKM yang ada, ternyata baru 13 persen atau 8 juta UMKM yang hadir dalam platform digital.

Oleh sebab itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen hingga akhir tahun 2020 menargetkan 10 juta UMKM untuk masuk ke ekosistem digital.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya