Gubernur BI: Digitalisasi Perbankan Tak Sekadar Elektronifikasi Layanan

Digitalisasi perbankan harus menciptakan interaksi yang berkelanjutan antara bank dengan nasabah.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Sep 2020, 16:14 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2020, 15:30 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjabarkan beberapa hal yang perlu dilakukan perbankan dalam transformasi digital. Langkah ini perlu dilakukan agar digitalisasi perbankan tidak hanya sekadar mengelektronifikasi layanan perbankan.

"Transformasi digital banking ini beda dengan mengelektronikkan banking. Ini lebih jauh dari meng-IT-kan kegiatan perbankan," kata Perry dalam Webinar bertajuk "Traditional Banks VS Challenger Bank", Jakarta, (29/9/2020).

Digitalisasi perbankan harus menciptakan interaksi yang berkelanjutan antara bank dengan nasabah, sehingga hal yang perlu dilakukan bank pertama kali adalah melakukan transformasi teknologi informasi.

Berbagai layanan perbankan dituntut untuk saling berintegrasi. Dana, kredit, nasabah dan SDM perbankan harus saling berintegrasi. Untuk melakukan ini perlu dibangun infrastruktur yang mendukung dalam hal pengintegrasiannya.

"Infrastruktur itu yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi ini. Tidak hanya untuk mesin ke mesin, tetapi untuk satu sama lain, infrastruktur ini jadi landasannya," terang Perry.

Perbankan juga harus membangun data warehouse dari berbagai sistem informasi yang ada. Perry menyebut data bank sudah memiliki metadata para debitur. Berbagai laporan perbankan bahkan sudah dalam bentuk artificial intelligence (kecerdasan intelegensi).

"Ini sudah diimbangi dengan AI. Tapi apakah data yang omni ini sudah disatukan dengan data di luar, sehingga omni data storage ini dibangun di perbankan," kata dia.

Selanjutnya, perbankan juga harus bisa mengembangkan aplikasi yang dimiliki. Agar sistem yang dimiliki saat ini terus bisa dikembangkan sesuai dengan model bisnis yang dibuat.

Misalnya, membuat aplikasi chatting yang bisa langsung terhubung dengan digital perbankan. Sehingga membuat para nasabah lebih mudah dalam melakukan transaksi.

"Sehingga dulu pelanggan harus tatap muka (saat bertransaksi), dan ini sekarang bisa dilakukan melalui gadget," kata dia.

Hal terpenting dalam transformasi digital kata Perry internal perbankan harus melakukan perubahan pola pikir dalam menjalankan bisnisnya. Orientasi pola pikir menyesuaikan dengan perubahan digital yang sangat cepat.

Anisyah Al Faqir

Saksikan video pilihan berikut ini:

Digitalisasi Layanan Perbankan Tak Bikin Punah Kantor Cabang

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, saat ini teknologi sudah menyasar layanan perbankan dalam bentuk digitalisasi. Banyak aktivitas yang dulu harus dilakukan nasabah di kantor cabang kini bisa dijalankan di ponsel pintar.

Lalu bagaimana nasib dan eksistensi karyawan bank dan kantor cabang?

Senior Vice President Bank Mandiri, Vira Widiyasari, mengakui saat ini sebagian besar nasabah sudah melakukan aktivitas perbankan melalui aplikasi maupun internet banking atau jalur elektronik (e-channel). Sehingga jumlah nasabah yang datang langsung ke kantor cabang mulai mengalami penurunan yang signifikan.

"Orang ke kantor cabang semakin menurun. Pengguna e-channel kenaikannya semakin signifikan," kata Vira dalam acara The Consumer Banking Forum "The Bank's Journey as a Platform and New Business Model di hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

 

 

 

Kendati demikian Vira memastikan keberadaan kantor cabang masih akan tetap dibutuhkan. Sebab ada beberapa layanan yang tetap harus dilayani di kantor cabang dengan para karyawan. Namun pihaknya tidak akan agresif dalam hal menambah atau membuka kantor cabang baru.

"Kantor cabang memang penting, tapi dari sisi jumlah tidak akan naik signifikan. Tidak akan bertambah signifikan, tapi tetap ada," ujarnya.

Dia menjelaskan kantor cabang masih memiliki peranan penting sebab, dalam perjalanan menuju digitalisi perbankan, masih banyak nasabah yang perlu diedukasi.

"Kantor cabang penting karena dalam rangka digitalisasi perlu edukasi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya