Liputan6.com, Jakarta - Sektor perumahan diyakini dapat mendongkrak pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari permintaan pembiayaan perumahan yang masih meningkat di tengah pandemi.
BRI syariah mencatat pertumbuhan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) reguler dan bersubsidi hingga mencapai 10.350 sampai September 2020.
Baca Juga
"Sepanjang bulan Januari hingga September 2020 nasabah pembiayaan perumahan kami tumbuh sekitar 10.350 (nasabah) atau sekitar 1150 nasabah per bulan," ujar Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldy, Kamis (1/10/2020).
Advertisement
Fidri meyakini kebutuhan akan pembiayaan perumauan menanjak di tengah pandemi. Ini terlihat dari jumlah rata-rata nasabah KPR sebelum pandemi, yang saat itu hanya mencapai 900 nasabah per bulan.
Untuk mempermudah nasabah mengajukan pembiayaan perumahan, BRI Syariah disebutnya telah memperkenalkan aplikasi Salam Digital. Itu merupakan portal pembiayaan yang mempermudah nasabah dalam mengajukan pembiayaan tanpa harus datang ke kantor cabang.
"Melihat permintaan KPR yang masih tinggi, kami ingin mempermudah nasabah membeli rumah lewat aplikasi Salam Digital," tutur Fidri.
Dalam pengembangan platform ini, ia menambahkan, BRI Syariah telah terkoneksi dengan sistem data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) hingga verifikasi Sistem Layanan Informasi Keuangan/SLIK terintegrasi.
"Teknologi menuntut kita untuk go borderless, paperless, everywhere and anytime. Kita harus mengadopsi teknologi. Salam Digital merupakan bukti BRI Syariah bertransformasi," tukas Fidri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BRI Syariah Restrukturisasi Kredit 29 Ribu Nasabah Senilai Rp 5,4 Triliun
Direktur Operasional BRI Syariah Fahmi Subandi mencatat, perusahaan telah melakukan restrukturisasi pembiayaan kepada 29.003 nasabah di sepanjang semester I-2020. Nilai restrukturisasi tersebut mencapai Rp 5,4 triliun.
"Di masa pandemi ini seluruhnya terpengaruh, termasuk nasabah-nasabah BRI Syariah," ungkapnya dalam konferensi pers online, Senin (24/8).
Nilai restrukturisasi tersebut memiliki porsi 14,44 persen dari total pembiayaan sebesar Rp 37,4 triliun yang disalurkan pada kuartal II. Lebih dari 25.000 nasabah yang mengajukan restrukturisasi di antaranya merupakan merupakan nasabah di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Seiring dengan penyaluran kredit dan restrukturisasi, BRI Syariah mencatatkan perbaikan kualitas pembiayaan dengan tingkat kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) gross 3,99 persen dan NPF net 2,49 persen. Angka ini lebih rendah dibanding periode sama tahun 2019 dengan tingkat NPF gross 4,98 persen dan NPF net 4, 51 persen.
Sementara, NPF coverage ratio perseroan naik menjadi 71,44 persen dari sebelumnya 27,9 persen di semester I-2019. "Ini menunjukkan bahwa kita lebih konsern memtigasi risiko, terlihat dari NPF yang bisa di tekan dan coverate ratio yang juga tumbuh," jelas Fahmi.
Fahmi berharap pada kuartal III-2020 perekonomian nasional berangsur pulih seiring dengan penerapan adaptasi kebiasaan baru (new normal) yang tengah dilakukan masyarakat. Sehingga, bisnis pelaku usaha pun bisa bergerak kembali.
"Mudah-mudahan pandemi segera bisa teratasi, sehingga nanti kuartal-III ke belakang perekonomian bisa kembali dan semua bisnis bisa lancar tumbuh kembali," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Laba Bersih BRI Syariah Melonjak 229 Persen di Kuartal II 2020
PT Bank BRI Syariah Tbk (BRI Syariah) mencatatkan lonjakan laba bersih yang sangat tinggi pada kuartal II 2020. Laba bersih bank dengan kode saham BRIS ini melompat 229,6 persen menjadi Rp117,2 miliar. Aset BRI Syariah juga naik 34,75 persen menjadi Rp 49,6 triliun di kuartal II 2020.
Pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional maupun syariah. Tidak hanya mencatat pertumbuhan laba, pertumbuhan pembiayaan dan dana murah BRI Syariah juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Direktur Utama BRI Syariah Ngatari menyampaikan, hingga kuartal II 2020 BRI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp37,4 triliun, tumbuh 55,92 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan yang signifikan ditopang oleh segmen Ritel (SME, Mikro dan Konsumer) untuk memberikan imbal hasil yang lebih optimal.
“Peningkatan laba bersih BRI Syariah di kuartal II 2020 didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana,” ujarnya, Senin (24/8/2020).
Secara rinci, hingga kuartal II 2020, BRI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 5,4 triliun untuk segmen mikro, yang merupakan segmen pembiayaan dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dan memberikan kontribusi terbesar.
Selain segmen mikro, pertumbuhan pembiayaan juga didukung oleh penyaluran pembiayaan di segmen konsumer sebesar Rp 2,5 triliun dan segmen kecil menengah dan kemitraan sebesar Rp 2,2 triliun.
Ngatari melanjutkan, salah satu pendorong pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah khususnya mikro adalah digitalisasi proses pembiayaan lewat aplikasi i-Kurma. BRI Syariah mengoptimalkan i-Kurma sebagai langkah transformasi digital dalam proses pembiayaan.
Ini terbukti efektif dalam meningkatkan kinerja BRI Syariah, mengingat tenaga pemasar pembiayaan dimungkinkan untuk bekerja secara efektif dan efisien di tengah adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi Corona.
Lebih lanjut Ngatari menjelaskan pertumbuhan BRI Syariah juga didorong oleh implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh. Sepanjang Triwulan II-2020, BRI Syariah telah membuka 26 unit kerja baru di Aceh dengan sistem co-location dengan BRI.
Pembukaan jaringan BRI Syariah di seluruh unit kerja BRI di Aceh mengakselerasi proses konversi Bisnis BRI di Aceh yang ditargetkan selesai di semester-II 2020. Total kredit BRI yang telah dikonversi BRI Syariah hingga Juni 2020 mencapai 82,98 persen dari total kredit yang direncanakan akan dialihkan tahun ini dari BRI.