Harga Daging Ayam dan Bawang Merah Bikin Deflasi di September 2020

BPS mencatat deflasi 0,05 persen pada September 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Okt 2020, 12:20 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2020, 12:20 WIB
Inflasi
Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi 0,05 persen pada September 2020. Hal ini dipengaruhi beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga. Diantaranya paling banyak dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.

Untuk kelompok tersebut, terjadi deflasi 0,37 persen. Sehingga sumbangannya kepada deflasi bulan September ini adalah 0,09 persen.

“Ada beberapa komoditas yang dominan memberikan andil kepada deflasi. Yang pertama adalah terjadinya penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras. Masing-masing komoditas ini menyumbang kepada deflasi sebesar 0,04 persen,” jelas Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, Kamis (1/10/2020).

Kemudian, lanjut kecuk, ada harga bawang merah yang juga mengalami penurunan, sehingga memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,02 persen. Juga beberapa jenis sayuran, seperti tomat dan cabe rawit yang masing-masing memberikan andil kepada deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.

“Untuk daging ayam ras itu terjadi penurunan harga di 67 kota IHK. Dimana penurunan terbesar terjadi di Watampone dan Maumere, yang masing-masing mengalami penurunan harga sebesar 24 persen,” kata Kecuk.

Sedangkan untuk telur ayam ras, terjadi penurunan harga di 79 kota IHK. Dimana penurunan terbesar terjadi di Kotabaru, harganya turun 26 persen. Untuk bawang merah juga terjadi penurunan di 75 kota IHK.

Sebaliknya, Kecuk merencanakan beberapa komoditas yang mengalami inflasi. Kenaikan harga yang paling dominan adalah pada harga minyak goreng yang memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,02 persen. Kedua, yakni bawang putih, dimana terjadi kenaikan harga dan andilnya kepada inflasi adalah 0,01 persen.

“Jadi karena banyaknya harga komoditas yang mengalami penurunan harga dibandingkan komoditas yang mengalami kenaikan harga, itu yang menyebabkan kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau mengalami deflasi dengan andil 0,09 persen,” kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kelompok Lain

September 2018, BPS Catat Deflasi 0,18 Persen
Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (1/10). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara kelompok lain yang juga mencatatkan deflasi yakni pakaian dan alas kaki sebesar 0,01 persen. Namun kelompok ini tidak memberikan andil terhadap deflasi, atau 0,00 persen.

Lainnya, kelompok pengeluaran transportasi terjadi deflasi 0,33 persen. Andilnya kepada deflasi sebesar 0,04 persen. “Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi untuk kelompok ini adalah adanya penurunan tarif angkutan udara, yang memberikan andil sebesar 0,04 persen,” kata Kecuk.

Adapun penurunan harga terjadi di 44 kota IHK. Penurunan terbesar terjadi di Tanjungpinang, dimana harga tiketnya turun 39 persen. Dan satu lagi di Pangkalpinang yang penurunan harga tiketnya sebesar 18 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya