Sempat Setop Produksi, Pengrajin Daur Ulang Koran Bangkit Lagi Berkat Dana Banpres

Seorang pelaku usaha kerajinan daur ulang berbahan koran asal Bogor yang mengalami penurunan omset yang drastis karena Pandemi covid-19.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Nov 2020, 13:40 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2020, 13:40 WIB
Kreatif, Koran Bekas Diubah Jadi Kerajinan Tangan
Kerajinan tangan berbahan dasar koran bekas terlihat di bengkel Workshop kawasan Kemandoran 8 Jakarta Selatan, Senin (10/2/2020). Berbagai kerajinan tangan berbahan dasar koran bekas dijual Rp. 50.000 ribu hingga Rp. 150 ribu tergantung tingkat kesulitan dalam pengerjaan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Dampak covid-19 ternyata tidak main-main, tak hanya menyerang sektor Kesehatan saja melainkan sektor perekonomian juga ikut terpuruk. Tak terkecuali salah satu pelaku usaha kerajinan tangan.

Seperti Suwanti, seorang pelaku usaha kerajinan daur ulang berbahan koran asal Bogor yang mengalami penurunan omset yang drastis karena Pandemi covid-19.

Usaha yang dibangun pada 2016 itu terpaksa produksinya diberhentikan selama 3 bulan, karena adanya kebijakan PSBB.

“Saya mulai usaha ini tahun 2016 sudah 4 tahun, saya juga bergerak di bidang pelatihan ilmu. Alhamdulillah ilmu yang  dititipkan kepada saya disosialisasikan lagi kepada masyarakat,” kata Suwanti, Senin (9/11/2020).

Dirinya bercerita jauh sebelum pandemi, banyak pelanggan yang memesan hasil kerajinan nya untuk souvenir pesta pernikahan atau sunatan dan lainnya. Namun setelah pandemi, pesanan yang sebelumnya telah dipesan  dibatalkan, sehingga kerajinan yang telah jadi saat ini masih menumpuk di rumah produksinya.

Kerajinan tangan yang ia jual berupa tempat tisu, tempat makanan, tempat menyimpan pensil dan lain sebagainya.

Lanjutnya, agar tetap mendapatkan penghasilan di masa pandemi ini, ia sempat mengobral produknya dengan harga murah namun lagi-lagi masih sepi pembeli, lantaran daya beli masyarakat yang semakin menurun.

Tak berhenti disitu, dengan modal yang tersisa sedikit, ia pun bersama 5 pengrajin lainnya memberanikan diri banting setir untuk sementara berjualan frozen food selama bulan puasa lalu. Ternyata peminatnya cukup bagus sehingga para pengrajinnya bisa memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Namun setelah berjualan frozen food, Suwanti kembali lagi memproduksi kerajinan dan berusaha memasarkan produknya. Kemudian setelah PSBB dilonggarkan, ia bersama 5 pengrajinnya memproduksi lagi, tapi ia terkendala biaya untuk membeli peralatan kerajinan seperti cat dan lainnya.

Akhirnya ia mendapatkan informasi di grup UMKM, bahwa ada bantuan untuk pelaku ekonomi kreatif sebesar Rp 2,4 juta. Awalnya ia ragu apakah informasi itu benar atau hoaks, tapi teman-teman UMKM menyarankan agar mencoba mendaftar saja.

Lalu Suwanti menyiapkan berkas-berkas persyaratannya seperti fotocopy KK, KTP, SKU, dan rekening. Ia mengajukan berkas pada 20 September 2020, lalu 25 September dana bantuan tersebut sudah cair.

“Tanggal 20 September saya dapat bantuan alhamdulilah turun 25 September saya dapat karena saya surat-suratnya sudah lengkap izin sudah saya urus sebelum ada pengumuman bantuan, Saya memang sudah siapkan Alhamdulillah dapat tidak sampai seminggu bantuannya,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Survei BRI

Bank Indonesia Nobatkan BRI  Sebagai Bank Pendukung UMKM Terbaik
Ilustrasi pelayanan Bank Rakyat Indonesia.

Kemudian, pihak BRI melakukan survei ke tempat produksi kerajinan Suwanti untuk memastikan apakah memang benar usahanya layak mendapatkan bantuan. Setelahnya, pihak BRI menawarkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM sebesar Rp 10 juta.

“Saya yakin mendapatkan bantuan kemudian pegawai BRI melihat keadaan usaha saya akhirnya setelah itu ditawarkan bantuan kredit usaha rakyat Rp 10 juta, Saya juga ambil soalnya butuh untuk pengecatan kerajinan,” jelasnya.

Meskipun dirinya mengalami masa sulit selama pandemi, akhirnya diberikan jalan mendapatkan bantuan Banpres Produktif sebesar Rp 2,4 juta dan KUR Rp 10 juta untuk mengembangkan usahanya.

Untuk cicilan KUR ia mengambil waktu 1 tahun saja dengan jumlah cicilan per bulannya Rp 700 ribu. Menurutnya cicilan sebesar itu tidak membebani usahanya, melainkan ia yakin usahanya akan menggeliat kembali, lantaran acara-acara sudah diperbolehkan oleh Pemerintah.

“Saya berharap setelah Pendem Ini usaha saya semakin maju, mungkin minta bantuan untuk teman-teman semua berkenan memakai barang-barang produksi UMKM sehingga maju ke depan dan juga terima kasih kepada bapak Jokowi yang telah meluncurkan dana untuk UMKM kami kami para pelaku UMKM sangat terbantu,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya