Awali 2021, Barata Ekspor Komponen Pembangkit Listrik ke Bahrain dan Brasil

PT Barata Indonesia (Persero) melakukan ekspor komponen pembangkit listrik ke Bahrain dan Brazil melalui Pabrik Komponen Turbin di Cilegon.

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Jan 2021, 11:45 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2021, 11:45 WIB
PT Barata Indonesia
PT Barata Indonesia (Persero) melakukan ekspor komponen pembangkit listrik ke Bahrain dan Brazil melalui Pabrik Komponen Turbin di Cilegon, di bawah pengawasan Divisi Pembangkit pada Rabu (27/1/2021).

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali awal tahun 2021, PT Barata Indonesia (Persero) melakukan ekspor komponen pembangkit listrik ke Bahrain dan Brazil melalui Pabrik Komponen Turbin di Cilegon, di bawah pengawasan Divisi Pembangkit pada Rabu (27/1/2021).

Direktur Operasi Barata, Bobby Sumardiat Atmosudirjo menjelaskan, target perusahaan tidak berubah, yakni akan terus menjadi perusahaan manufaktur nasional yang berdaya saing hingga mancanegara. Perseroan berkomitmen memberikan nilai tambah bagi pemulihan ekonomi nasional melalui performa ekspor.

"Target kami tahun 2021 sebesar USD 30 juta. Ini adalah semangat optimisme kami untuk terus menghasilkan produk-produk manufaktur yang tidak hanya kompeten tapi berdaya saing global secara berkelanjutan," ujar Bobby dalam keterangannya, Kamis (28/1/2021).

Adapun untuk ekspor ke Bahrain, 2 komponen pembangkit andalan Barata Indonesia yakni LP Outer Casing dan Condenser akan digunakan pada Pembangkit Lisrik Tenaga Gas Al Dur Phase II, yang dibangun di lokasi existing dekat site Al Dur Phase I IWPP Plant. Sebelumnya pembangkit ini juga menggunakan produk Barata Indonesia dalam penyediaan komponen Pembangkit Listrik.

Nantinya pembangkit tersebut akan memiliki empat Gas Turbine Generation (GTG) dengan 4 Heat Recovery Steam Generator serta 2 Steam Turbine. Untuk mengerjakan komponen tersebut, Pabrik Komponen Turbin Cilegon membutuhkan waktu 60.000 jam kerja.

Selain melakukan ekspor ke Bahrain, Barata juga melakukan ekspor komponen pembangkit Steam Turbine Condenser ke Pembangkit Listrik Parnaiba V ke Brasil.

Ekspor Steam Turbine Condenser kali ini juga merupakan salah satu yang terbesar dan terpanjang yang pernah dikerjakan pabrik Cilegon dengan tonase hampir 500 ton.

Sementara, berdasarkan laporan keuangan perseroan tahun 2020, Barata berhasil mencatatkan performa penjualan sebesar Rp 1,2 triliun dan kinerja ekspor sebesar Rp 388,7 miliar.

Lebih lanjut, Bobby optimistis kinerja perseroan dapat segera bangkit seiring dengan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong proyek pembangunan di berbagai industri kembali menggeliat sehingga berdampak pada peluang pendapatan perseroan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Barata Ekspor Perdana Komponen Kereta Api ke Mauritania

Barata Indonesia melakukan ekspor perdana Bogie ke negara Mauritania, Afrika, Kamis (17/12/2020).
Barata Indonesia melakukan ekspor perdana Bogie ke negara Mauritania, Afrika, Kamis (17/12/2020).

PT Barata Indonesia (Persero) kembali menambah daftar ekspor produk komponen kereta api, Bogie, melalui Pasar Pabrik Foundry Divisi Industri Komponen dan Pemesinan (DIKP). Kali ini, Barata Indonesia melakukan ekspor perdana Bogie ke negara Mauritania, Afrika, Kamis (17/12/2020).

Setelah rutin melakukan ekspor komponen kereta api ke Benua Amerika (Amerika Serikat, Kanada, Meksiko), untuk pertama kalinya Barata melakukan ekspor ke benua Afrika. Sejumlah Bogie ini rencananya akan dipasang pada gerbong Mauritania yang menjadi salah satu kereta dengan rangkaian terpanjang di dunia dan beroperasi di jalur ekstrim membelah gurun sahara.

"Ekspor ini merupakan komitmen perseroan dalam mendongkrak kinerja ditengah pandemi sekaligus memperluas pasar produk pengecoran ke luar negeri," demikian dikutip dari keterangan resmi Barata, Jumat (18/12/2020).

Sebagai tindaklanjut kerjasama Barata Indonesia dengan perusahaan asal Amerika Standard Car Truck (SCT) tersebut, kedua belah pihak telah melakukan tanda tangan Letter of Intent (LOI) untuk rencana kerja pada tahun 2021 dengan nilai yang mencapai USD 11,57 juta.

Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan Barata Indonesia masih akan terus berkomitmen untuk menjaga nilai ekspor produk - produk Barata Indonesia. Karena itu, ekspor perdana di Mauritania menjadi langkah yang tepat guna terus mencapai target tersebut.

"Kami berharap, ekspor ini terus berlanjut dan tidak hanya berhenti di Mauritania, Afrika, namun juga bisa membuka pintu ekspor ke negara - negara baru lainnya," ujar Harry.

Untuk menjaga keberlangsungan bisnis ini perseroan juga telah memperbarui sertifikat Association of American Railroads (AAR) yang menjadi salah satu prasyarat ekspor produk Bogie. 

Bangun Pabrik Roda Kereta Api, Barata Indonesia Kucurkan Rp 500 Miliar

Pekerja di pabrik PT Barata Indonesia (Persero) di Cilegon.
Pekerja di pabrik PT Barata Indonesia (Persero) di Cilegon. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri manufaktur, PT Barata Indonesia (Persero), berencana membangun pabrik untuk memproduksi roda kereta tahun ini.

Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero), Fajar Harry Sampurno dalam acara "Ngopi BUMN" Jumat (21/02/2020), menyampaikan bahwa Indonesia masih belum bisa memproduksi sendiri roda kereta. Saat ini, pasokan roda kereta masih impor 100 persen.

"Dari kereta api, kita yang belum bisa buat adalah roda. Kita masih impor. Oleh karena itu mulai tahun ini insya allah kita mulai (bangun pabrik roda kereta)." papar Harry.

Harry menjelaskan, dalam pembuatan pabrik roda itu dibutuhkan biaya sekitar Rp 500 miliar.

"Investasi Rp 500 miliar untuk membuat pabrik roda karena ini pemakaiannya cukup besar di Indonesia. Ini nggak gampang bikin roda itu." jelasnya.

Rencananya, pabrik Barata Indonesia tersebut akan berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Pembuatan pabrik ini dalam rangka memenuhi kebutuhan roda kereta di Indonesia yang semakin meningkat. Harry juga memaparkan kebutuhan roda kereta, termasuk untuk KAI, KRL, LRT, dan MRT berkisarb20 ribu pcs.

Untuk diketahui, saat ini telah dilakukan pembahasan road map pengembangan teknologi roda kereta api yang akan diprakarsai Menristekdikti. Dengan melibatkan kalangan ilmuwan di akademisi ITS dan lembaga lainnya, pada 7 Februari lalu di ITS Surabaya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya