Pengalaman Risma Persiapkan Belajar Tatap Muka: Banyak Guru Terpapar Covid-19

Menteri Sosial Tri Rismaharini menilai perlu banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan sekolah dibuka pada semester II 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mar 2021, 13:22 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2021, 12:50 WIB
risma
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat berada di lokasi bencana gempa Sulawesi Barat. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Tri Rismaharini menilai perlu banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum kegiatan sekolah dibuka pada semester kedua tahun ini. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjamin anak-anak tidak terpapar virus corona saat kembali bersekolah nanti.

"Kita harus mempersiapkan seandainya mereka bersekolah supaya anak tetap bisa bersekolah dan beraktivitas tapi mereka tidak terjangkit virus," kata Risma dalam webinar Perlindungan Sosial dalam Respon Covid-19: Perlindungan dan Layanan Sosial Inklusif, Jakarta, Selasa (23/3).

Dia mencontohkan dalam penggunaan masker. Bukan hal yang tidak mungkin hanya karena masker yang digunakan temannya lebih bagus dan lebih menarik mereka saling bertukar masker.

Hal-hal seperti ini, kata Risma, harus bisa diantisipasi. Maka protokol kesehatan di sekolah harus disiapkan. Harus ada yang menjamin selama anak keluar rumah, belajar mengajar hingga kembali ke rumah mereka aman dari paparan Covid-19.

"Nah ini harus diantisipasi. Lalu bagaimana protokolnya. Kondisi di sekolah, setelah pulang itu harus ada protokolnya," pinta Risma.

Kualitas gizi dan kesehatan anak harus jadi prioritas. Sebab, anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Asupan makanan yang bergizi ini menjadi hal yang juga penting untuk daya tahan tubuh anak-anak.

Selain itu, tenaga pengajar atau guru dan orang-orang di lingkungan sekolah harus dipastikan tidak terpapar virus corona. Saat dirinya masih menjadi Walikota Surabaya, Risma mengaku sempat ingin membuka kembali pelajaran tatap muka.

Selama masa persiapan, maka para guru pun dilakukan pemeriksaan tes Covid-19. Hasilnya menunjukkan, tidak sedikit guru yang ternyata positif terpapar virus corona. Setelah ditelusuri, ternyata masih banyak guru yang saling berbagai makanan dan penyebaran virus pun tak terhindarkan.

"Nah ternyata guru masih banyak yang berbagai makan bersama. Makanya ini harus juga diantisipasi karena masa-masa transisi harus dijaga protokol kesehatannya," kata Risma.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

KPAI Minta Vaksinasi Guru Tak Jadi Dasar Pembukaan Sekolah Tatap Muka

Sekolah Tatap Muka di SMP Negeri 2 Bekasi
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan belajar tatap muka di SMP Negeri 2 Bekasi, Selasa (23/3/2021). Pemerintah Kota Bekasi mengizinkan sejumlah sekolah yang berada di Zona Hijau mengadakan pembelajaran tatap muka atau PTM dengan mengikuti pedoman protocol. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah tak menjadikan vaksinasi Covid-19 terhadap guru sebagai landasan kembali dibukanya sekolah tatap muka. KPAI meminta agar pemerintah lebih memperhatikan persiapan penerapan protokol kesehatan di lingkungan sekolah.

"Pembukaan sekolah bukan didasarkan pada guru sudah divaksinasi, namun lebih utamanya adalah didasarkan pada kesiapan sekolah dalam menyediakan infrastruktur dan protokol kesehatan," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dikutip dari siaran persnya, Minggu (21/3/2021).

Menurut dia, apabila infrastruktur dan protokol kesehatan tak disiapkan dengan baik, maka sekolah berpotensi besar menjadi klaster penyebaran Covid-19. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa seluruh protokol kesehatan sudah disosialisasikan ke warga sekolah, termasuk para orangtua siswa.

Retno menyampaikan berdasarkan aplikasi pengisian penyiapan buka sekolah di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, baru 50 persen lebih sekolah yang mengisi dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, yang masuk kategori siap membuka sekolah tatap muka hanya sekitar 10 persen.

Data yang tak berbeda juga terlihat dari hasil pengawasan KPAI pada Juni hingga November 2020 terkait penyiapan buka sekolah di 49 sekolah pada 21 kabupaten/kota di 8 provinsi. Dari 49 sekolah tersebut, kata Retno, hanya 16,3 persen yang siap dan 83,7 persen belum siap melakukan sekolah tatap muka.

"Jika guru sudah divaksinasi, namun peserta didik belum divaksinasi, maka kekebalan kelompok tidak akan terbentuk," ujar Retno.

Dia mengatakan kekebalan kelompok baru terbentuk apabila jumlah yang divaksinasi mencapai 70 sampai 80 persen dari populasi. Sementara, jumlah siswa bisa mencapai 1.000 dengan guru hanya 70 orang.

"Tidak sampai 10 persen dari populasi di sekolah," ucapnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya