Liputan6.com, Jakarta The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Rabu (17/3/2021) lalu memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan di level 0,25 persen. Kebijakan ini setidaknya meredakan ketegangan pasar yang sempat cemas The Fed akan menaikan suku bunga, sehingga berpengaruh negatif terhadap pergerakan ekonomi global di tengah pandemi Covid-19.
Kendati begitu, Bank Indonesia (BI) menyatakan telah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan tak terduga yang akan dihadapi, termasuk arus keluar modal (capital outflow) yang kabur dari Indonesia akibat kenaikan suku bunga The Fed.
Baca Juga
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) (BI) Riza Tyas Utami mengatakan, setelah ekonomi sangat terkoreksi gara-gara krisis pandemi, ia percaya ekonomi suatu negara cepat atau lambat pada akhirnya akan kembali pulih.
Advertisement
"Itu yang kita cari. Kecepatannya bahwa akan lebih cepat negara lain sebenarnya itu bisa diduga, karena vaksin pasti aksesnya akan lebih besar negara maju dibanding berkembang," kata Riza dalam sesi jumpa wartawan dengan BI, Kamis (25/3/2021).
Namun, dia menyampaikan, Bank Indonesia telah belajar dari aksi moneter taper tantrum Amerika Serikat pada 2013. Saat ini, bank sentral disebutnya telah menyiapkan triple intervention guna menghadapi gejolak ekonomi tak terduga.
"Bank Indonesia selalu ada di pasar, tidak hanya pasar spot, tapi kita punya tiga tools. Kita punya spot, punya intervensi di domestic non-delivery forward (DNDF), dan kita juga sekarang punya SBN," jelasnya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tergantung Situasi Pasar
Menurut Riza, ketiga jurus itu akan digunakan sembari melihat kondisi pasar keuangan terkini. Tak hanya itu, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) juga telah memperluas kerjasama transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung atau local currency settlement (LCS) dengan tiga negara.
"Kerjasama internasional juga kita perluas. LCS sekarang kita punya, bahkan tidak hanya dengan satu negara, dengan Malaysia, Jepang, Thailand. Dengan China masih proses," terangnya.
Ke depan, Bank Indonesia tetap akan selalu bersiaga menghadapi segala kemungkinan buruk di bidang ekonomi.
"Akan ada kondisi gejolak kecil dalam jangka pendek iya. Tapi kita sudah melakukan persiapan jauh hari ke belakang, bahkan sebelum Covid-19 ini berjalan. Sehingga Alhamdulillah ketika ini terjadi kita lebih siap," ujar Riza.
Advertisement