Liputan6.com, Yogyakarta - Virus Demam Berdarah Crimean-Congo (CCHF) mengancam kesehatan masyarakat di berbagai wilayah dunia dengan tingkat kematian mencapai 40 persen. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan kutu ini kerap menyerang pekerja peternakan yang berkontak langsung dengan hewan ternak.
Demam berdarah Kongo telah menyebar di wilayah Afrika, Balkan, Timur Tengah, dan Asia, terutama di daerah dengan populasi kutu yang tinggi. Virus ini dapat menular dari hewan ke manusia melalui gigitan kutu atau kontak dengan darah dan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.
Penularan antarmanusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh pasien. Tenaga medis menjadi kelompok berisiko tinggi, terutama saat menangani pasien tanpa alat pelindung yang memadai. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat gejala yang terkena CCHF:
Advertisement
Baca Juga
1. Gejala awal
CCHF muncul dalam 1-4 hari yang ditandai demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, dan gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Pasien juga mengalami nyeri leher, pusing, dan sakit tenggorokan.
2. Fase Lanjut
Fase lanjut adalah gejala yang semakin kompleks. Pasien mulai mengalami perubahan suasana hati yang drastis, dari gelisah hingga depresi.
Kondisi fisik juga memburuk ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan dan pembesaran organ hati yang dapat menimbulkan nyeri di bagian perut kanan atas. Gejala-gejala ini menjadi penanda penyakit telah berkembang ke tahap yang lebih serius dan membutuhkan pemantauan medis intensif.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gejala Pendarahan
3. Gejala Pendarahan
Setelah memasuki hari keempat, penderita Demam Berdarah Kongo mulai menunjukkan gejala perdarahan serius. Awalnya muncul ruam petechial atau bintik-bintik merah di kulit akibat perdarahan di bawah permukaan kulit.
Kondisi berlanjut dengan munculnya memar di berbagai bagian tubuh tanpa penyebab yang jelas. Penderita kemudian mengalami mimisan berat yang sulit dihentikan.
Dalam perkembangannya, perdarahan tidak terkendali dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, terutama di area yang mendapat trauma seperti bekas suntikan. Gejala perdarahan ini menandai fase kritis penyakit yang memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
4. Komplikasi
Penyakit ini dapat berdampak sangat serius jika tidak segera ditangani. Pada kasus yang parah, komplikasi seperti gagal ginjal, gagal hati, atau gagal paru-paru dapat terjadi.
Tingkat kematian pada pasien dengan kondisi berat pun cukup tinggi, mencapai angka 10-40%. Kasus parah dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, hati, atau paru-paru. Meski pengobatan utama bersifat suportif, beberapa kasus menggunakan obat antiviral ribavirin dengan manfaat terbatas.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
Advertisement