Rp 26,81 Triliun Modal Asing Masuk Indonesia Sepanjang Semester II 2024

Bank Indonesia (BI) mencatat pada semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 26,81 triliun di pasar saham, Rp 67,13 triliun di pasar SBN dan Rp 57,33 triliun di SRBI.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 24 Nov 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi dolar AS
Bank Indonesia (BI) mencatat pada semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 26,81 triliun di pasar saham, Rp 67,13 triliun di pasar SBN dan Rp 57,33 triliun di SRBI. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat pada semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 26,81 triliun di pasar saham, Rp 67,13 triliun di pasar SBN dan Rp 57,33 triliun di SRBI. 

Adapun modal asing mengalir keluar sepanjang pekan keempat November 2024. Meskipun begitu, dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia. 

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, berdasarkan data transaksi 18-21 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 7,50 triliun

“Terdiri dari jual neto sebesar Rp 3,30 triliun di pasar saham, Rp 3,59 triliun di pasar SBN, dan Rp 0,61 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),”  kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (23/11/2024).

Erwin menambahkan, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 21 November 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 27,15 triliun di pasar saham, Rp 33,17 triliun di pasar SBN dan Rp 187,68 triliun di SRBI.

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” jelas Erwin.

Adapun Premi CDS Indonesia 5 tahun per 21 November 2024 sebesar 72,65 bps, stabil dibanding dengan 15 November 2024 sebesar 72,61 bps.

Neraca Pembayaran Indonesia Surplus Jadi Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal yang Terjaga

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Stabilitas ketahanan eksternal Indonesia hingga saat ini tetap terjaga di tengah berbagai dinamika risiko global yang tengah terjadi. Hal ini salah satunya ditunjukkan oleh capaian surplus pada neraca transaksi ekonomi internasional Indonesia.

Menurut laporan Bank Indonesia, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar. Sebelumnya NPI mengalami defisit sebesar USD 0,6 miliar pada kuartal II 2024.

Penurunan Defisit Transaksi BerjalanTorehan surplus tersebut dipicu oleh perbaikan sejumlah indikator, salah satunya penurunan defisit transaksi berjalan menjadi USD2,2 miliar (0,6% dari PDB), lebih baik dibandingkan defisit USD3,2 miliar (0,9% dari PDB) pada kuartal II 2024.

Perkembangan positif tersebut dipengaruhi oleh perbaikan defisit Neraca Jasa dari sebelumnya USD 5,1 miliar menjadi USD 4,2 miliar, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari jasa perjalanan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia karena penyelenggaraan acara berskala internasional dan periode libur musim panas.

Selain dipengaruhi capaian Neraca Jasa, penurunan defisit transaksi berjalan juga didorong oleh perbaikan defisit Neraca Pendapatan Primer menjadi USD 8,9 miliar atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar USD 9,6 miliar, yang disebabkan oleh penurunan pembayaran imbal hasil atas investasi langsung dan investasi portfolio sejalan dengan pola siklus bisnis.

Kinerja positif lainnya juga ditunjukkan oleh peningkatan surplus Neraca Pendapatan Sekunder menjadi USD 1,6 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar USD 1,5 miliar yang disebabkan oleh peningkatan penerimaan hibah Pemerintah dan transfer personal dalam bentuk remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Peningkatan Surplus Transaksi Modal dan Finansial

Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah
Petugas valas menghitung mata uang dolar AS di DolarAsia Valas di kawasan BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Surplus Neraca Pembayaran juga dipicu oleh adanya peningkatan surplus Transaksi Modal dan Finansial menjadi USD6,6 miliar (1,8% dari PDB) dari sebelumnya hanya sebesar USD3,0 miliar (0,9% dari PDB) pada kuartal II 2024.

Perkembangan positif ini dipengaruhi oleh peningkatan surplus Investasi Langsung menjadi USD 5,2 miliar, didorong tingginya penyertaan modal asing dalam bentuk ekuitas, terutama di sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar dan eceran. 

Selain itu, peningkatan surplus Investasi Portfolio menjadi USD9,6 miliar, yang berasal dari pembelian instrumen jangka panjang yakni Surat Utang Negara (SUN) Rupiah dan Global Bond Pemerintah, serta instrumen jangka pendek yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga menjadi aspek yang mendorong perkembangan surplus Transaksi Modal dan Finansial.

Cadangan Devisa MeningkatCapaian surplus Neraca Pembayaran tersebut juga turut mempengaruhi posisi cadangan devisa Indonesia. Cadangan devisa telah meningkat menjadi sebesar USD149,9 miliar pada akhir September 2024, atau setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya