Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp 6,63 Triliun pada Pekan Terakhir Oktober 2024

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Okt 2024, 17:39 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2024, 17:39 WIB
Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp 6,63 Triliun pada Pekan Terakhir Oktober 2024
Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan terakhir Oktober 2024. Dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.(Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada pekan terakhir Oktober 2024. Dihitung sejak awal 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.

Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, berdasarkan data transaksi 21–24 Oktober 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 6,63 triliun.

"Nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 6,63 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 3,01 triliun di pasar saham, jual neto sebesar Rp 4,53 triliun di pasar SBN, dan beli neto sebesar Rp 0,91 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),”  kata Erwin dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (27/10/2024).

Erwin menambahkan, berdasarkan data setelmen hingga 24 Oktober 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 44,48 triliun di pasar saham, Rp 47,31 triliun di pasar SBN dan Rp 195,39 triliun di SRBI.

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Erwin.

Adapun Premi CDS Indonesia 5 tahun per 24 Oktober 2024 sebesar 68,04 bps, naik dibandingkan 18 Oktober 2024 sebesar 67,39 bps.

Sedangkan Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.580 per dolar AS dan Yield SBN 10 tahun turun ke 6,68 persen.

 

 

Ajak Investor di China Investasi, Bank Indonesia Beberkan Sejumlah Keuntungannya

Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Sebelumnya, Bank Indonesia mengajak para investor di Tiongkok untuk memanfaatkan peluang investasi di Indonesia khususnya pada proyek strategis energi terbarukan, teknologi digital, serta hilirisasi industri.

Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni P. Joewono,  dalam Indonesia-China Business Forum (ICBF) 2024 yang digelar pada 25-27 September 2024 di China.

Doni menuturkan, ICBF merupakan  forum untuk memperkuat kerja sama ekonomi bilateral antara Indonesia dan Tiongkok, dan mempromosikan investasi di sektor-sektor strategis.

Dalam forum strategis yang mengusung tema "Navigating New Horizons: Seizing Investment Opportunities in Indonesia for Stability and Sustainable Growth" ini, Bank Indonesia mempromosikan proyek investasi strategis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) di Candi Umbul Telomoyo, Jawa Tengah, kepada kalangan Investor dan asosiasi bisnis/industri, serta perwakilan pemerintah yang menangani kebijakan ekonomi, investasi manufaktur dan ekonomi hijau di Tiongkok.      

Doni mengatakan, Indonesia secara konsisten menjadi salah satu negara tujuan investasi yang paling menjanjikan bagi Tiongkok. Ia pun menyampaikan beberapa hal penting yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para investor untuk investasi di Indonesia.

 

Hal yang Jadi Pertimbangan

Pertama, stabilitas Rupiah yang terjaga dan likuiditas yang memadai, didukung langkah mendorong penggunaan transaksi mata uang lokal (local currency settlement/LCT) untuk perdagangan dan investasi bilateral.

"Sejak diimplementasikan pada tahun 2021 hingga Juli 2024, nilai transaksi antara Indonesia dan Tiongkok dengan menggunakan mata uang lokal mencapai USD1,2 miliar, dengan rata-rata pengguna bulanan telah mencapai lebih dari tiga ratus perusahaan," kata Doni, di Tiongkok, Jumat (27/9/2024).

Kedua, kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ketiga, komitmen penuh pemerintah Indonesia pada reformasi struktural, terutama dalam menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif untuk hilirisasi industri dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian. Keempat, pertumbuhan digitalisasi yang signifikan.

Selama setahun terakhir, pertumbuhan transaksi pembayaran digital berbasis QR code mencapai 200% dengan total lebih dari 52 juta pengguna dan 33 juta merchants. Kelima, komitmen Indonesia untuk mendorong ekonomi yang inklusif dan hijau.

Peran Penting Bank Indonesia

Dalam hal ini, Bank Indonesia memainkan peran penting dalam memberikan  dukungan kerangka kebijakan makroprudensial  yang pro-growth.

Adapun kata Doni, forum ICBF 2024 membahas isu diantaranya terkait peluang investasi di sekuritas Bank Indonesia, serta peran LCS dalam mengurangi ketergantungan pada valuta asing lain seperti USD, untuk meminimalkan risiko fluktuasi nilai tukar dan meningkatkan efisiensi transaksi lintas negara.

Selain itu, Bank Indonesia juga menerima beberapa pernyataan minat, baik langsung kepada Bank Indonesia maupun Bank perantara, untuk membeli Sekuritas Bank Indonesia. ICBF 2024 diselenggarakan atas kolaborasi Bank Indonesia dengan UOB China dan Bank Mandiri Shanghai, didukung oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Shanghai dan Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok.

"Forum ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi pelaku usaha dan investor dari kedua negara, serta memperkuat fondasi kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan," pungkasnya.

 

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya