Liputan6.com, Jakarta Tingkat literasi keuangan perbankan syariah masih jauh tertinggal dibandingkan literasi keuangan bank konvensional. Hal ini disadari Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank syariah terbesar di dunia.
Berbagai upaya pun dilakukan BSI untuk mempercepat literasi keuangan perbankan syariah di masyarakat. Salah satunya dilakukan melalui masjid-masjid yang ada di Indonesia. Dalam hal ini BSI memberikan pelatihan manajemen masjid kepada para pengurus masjid.
Baca Juga
"Ada 5.000 masjid yang kita kasih manajemen masjid dan kita kasih sertifikatnya juga," kata Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Advertisement
Dalam pelatihan tersebut BSI memberikan sejumlah materi pelatihan tentang pengelolaan manajemen masjid. Materi tentang keuangan syariah menjadi tema besar dalam sesi pelatihan. Termasuk juga tentang perbankan syariah.
"Jadi kita berikan pelatihannya itu seperti membuat semacam RBB (rencana bisnis bank syariah)," kata dia.
Literasi juga diberikan kepada masyarakat dan para UMKM di sekitar masjid. Agar pengetahuan tentang keuangan syariah dan perbankan syariah lebih familiar.
"Ada juga kegiatan inklusi keuangan, syukur-syukur kalau mau melakukan transaksi syariah bisa kita fasilitasi," kata dia.
Lebih dari itu, BSI berupaya melakukan literasi ke berbagai wilayah sasaran agar terliterasi dan bisa menghasilkan ekspansi inklusi keuangan syariah. Tentunya hal ini tidak bisa dikerjakan sendiri. Butuh pihak lain untuk bisa terlibat dalam literasi dan inklusi keuangan syariah.
"Kita harus kerja sama karena ini bagian dari pendidikan dan layanan, juga bagian dari inklusi tadi," kata dia mengakhiri.
Reorter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BSI Ingin Jadi 10 Bank Terbesar di Dunia, Apa Tantangannya?
Bank Syariah Indonesia (BSI) bertekad tahun 2025 masuk sebagai daftar 10 bank di dunia berdasarkan market cap. Gabungan bank syariah milik negara ini akan melakukan berbagai upaya agar nilai saham perusahaan bisa dinilai dari harga pasar.
"Tahun 2025 kita ingin menjadi top 10 global berdasarkan market cap, bagaimana nilai saham kita dinilai harga pasar," kata Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Untuk mewujudkan visi tersebut perusahaan perlu melakukan tiga hal. Antara lain menjadi bank yang memberikan solusi akses keuangan. Menjadi tempat berinvestasi atau memberikan nilai investasi yang paling optimal kepada siapapun. Menjadi pilihan bagi talenta terbaik negeri agar mereka mau berkarir bersama membangun industri syariah.
Selain itu, perusahaan membuat strategi dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini ada berbagai macam tantangan yang sudah terlihat di depan mata seperti persaingan antar bank dan perusahaan pembiayaan (fintech).
"Tantangan kita pertama kita ke depan tidak hanya bersaing dengan bank tetapi kita bersaing dengan fintech," kata dia.
Di era serba perkembangan teknologi, transaksi berbasis digital menjadi tantang lain. Pandemi Covid-19 nyatanya mendorong industri perbankan untuk bergerak lebih cepat dalam transformasi digital.
Lebih lanjut Firman menjelaskan, di masa mendatang tonggak kepemimpinan sudah menjadi jatahnya generasi milenial. Maka sejak dini perusahaan sudah harus bisa menggarap segmen milenial karena mereka yang generasi potensial yang sangat menentukan.
"Bagaimana kita bisa menggarap milenial karena akan menjadi potensi yang sangat menentukan. Jumlah milenial lebih dari 80 persen dan milenial ini akan taking over leadership," kata Wakil Direktur BSI ini.
Bukan hanya milenial, perusahaan juga harus bisa menggarap potensi dari ekosistem industri halal di Indonesia. Sebab dari potensi yang Rp 3.000 triliun, hanya 6 persen yang sudah bisa dimanfaatkan. Masih banyak sektor-sektor yang belum digarap secara optimal seperti industri makanan halal, ekosistem ekonomi halal, farmasi halal hingga farmasi halal.
"Ini menjadi tantangan kita bagaimana menggarap itu," kata dia.
Di sisi lain, literasi keuangan syariah baru berada di level 8 persen dengan inklusi keuangan 11 persen. Hal ini akan menjadi tantangan baru bagi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.
Terakhir, tantangan lainnya yakni membangun kekuatan keuangan sosial dari produk syariah. Sebab dalam keuangan syariah terdapat ada yang disebut keuangan komersial dan keuangan sosial.
"Komersial finance seperti yang kita lakukan saat ini ada pembiayaan ada penyimpanan,ada jasa lainya. Sedangkan sosial finance sumbernya dari zakat, infaq, dan shodaqoh. Ini sangat berat kalau digarap," kata dia.
Advertisement