Kereta Cepat Jakarta Bandung Disebut Proyek Rugi, Erick Thohir Beri Pembelaan

Ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2021, 14:10 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2021, 14:10 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir
Menteri BUMN, Erick Thohir (dok: KBUMN)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan, setiap pembangunan infrastruktur memang memerlukan waktu yang lama untuk bisa balik modal. Hal yang sama juga terjadi dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek tersebut tidak bisa langsung untung. 

"Saya yakini bawa ini sama seperti proyek investasi bahwa memerlukan waktu yang sangat panjang. Apakah MRT atau LRT ataupun sebagian jalan tol yang di mana akan dirasakan itu bukan sekarang nanti 30-40 tahun lagi," kata Erick Thohir dalam acara Kick Andy Double Check, Minggu (14/11/2021) malam.

Erick Thohir lantas mencontohkan negara maju seperti Korea Selatan. Negara tersebut menggunakan 50 persen dari APBN di periode 1960 untuk pembangunan infrastruktur. Dalam periode tersebut Korea Selatan masih sangat miskin dampak dari perang.

Namun pembangunan infrastruktur tersebut tidak bohong. Hari ini Korea Selatan membuktikan bisa menjadi negara maju sebagai dampak pembagunan 60 tahun lalu.

"Kita juga mesti melihat perspektif yang sama infrastruktur itu tentu konteksnya jangka panjang sekarang bagaimana dengan kereta cepat," kata Erick Thohir.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jalur Pendek

FOTO: Terowongan Proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung
Foto yang diabadikan pada 28 Juni 2020 ini menunjukkan bagian dalam terowongan No. 1 dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Jakarta. Terowongan sepanjang 1.885 meter itu ditembus menggunakan mesin pengebor terowongan berdiameter 13,23 meter. (Xinhua/Du Yu)

Kemudian terkait dengan masalah jarak kereta cepat yang pendek, dirinya juga bahkan sempat menyarankan. Dia ingin kereta cepat ini bisa diteruskan sampai ke Surabaya.

"Ada statement saya Pak Presiden juga bicara yang sama tetapi masalahnya yang ini saja belum selesai masa mau lanjut. Dan tentu kembali pemerintahan baru berikutnya apakah mau melakukan atau tidak," ujarnya.

Sebelumnya, sebelumnya Ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung. Dia mengatakan, bahwa proyek tersebut sebagai proyek yang gagal.

Dalam hitungannya, pendanaan proyek ini diprediksi tak akan balik modal bahkan hingga kiamat. “Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400.000 sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal," ujarnya dalam sebuah dialog virtual.

Dia menjelaskan, pengerjaan infrastruktur tersebut hanya membuang banyak anggaran negara. Hal ini semakin diperparah karena kini anggaran proyek akan turut didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN setelah biaya proyeknya membengkak hingga Rp27,74 triliun.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya