Sri Mulyani Ungkap Alasan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dapat PMN Rp 4,3 T

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) seharusnya bersifat bussines to bussines.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Nov 2021, 19:35 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2021, 19:35 WIB
Kereta cepat Jakarta - Bandung
Proyek pembangunan kereta cepat yang sedang dalam tahap pengerjaan di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/9/2021). Kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2022 dan akan dilakukan uji coba pada November 2022 mendatang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah memutuskan memberikan tambahan modal kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI sebesar Rp 6,9 triliun yang berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) 2021.

Dimana dari Rp 6,9 triliun itu sebanyak Rp 4,3 triliun digunakan untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

“Untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung kebutuhan untuk memenuhi base equity sebesar Rp 4,3 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Raker bersama Komisi XI DPR, Senin (8/11/2021).

Menkeu menjelaskan, proyek KCJB tadinya memang bersifat bussines to bussines. Dimana BUMN yang seharusnya memenuhi kewajiban, namun karena PT KAI mengalami pukulan dari situasi covid-19 jumlah penumpang merosot tajam.

Maka kemampuan BUMN untuk memenuhi ekuitas asal atau ekuitas awal dari kereta cepat tidak bisa dipenuhi oleh mereka.

“Sehingga Pemerintah memasukkan Rp 4,3 triliun di dalam PT Kereta Api Indonesia dalam rangka memenuhi base equity dari penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung,” ujarnya.

Selain itu, Pemerintah juga memberikan PMN kepada KAI untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur seperti LRT Jabodetabek yang mengalami cost overrun sebesar Rp 2,6 triliun.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indonesia Bakal Jadi Negara Pertama di ASEAN Punya Kereta Cepat

Kereta cepat Jakarta - Bandung
Anak-anak bermain di proyek pembangunan kereta cepat yang sedang dalam tahap pengerjaan di Padalarang, Kabupaten Bandung, Sabtu (25/9/2021). Kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2022 dan akan dilakukan uji coba pada November 2022 mendatang. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tengah menjadi sorotan berbagai pihak. Hal ini lantaran rencana keterlibatan APBN dalam pembangunan mega proyek ini.

Meski begitu, Pengamat Ekonomi dari Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menilai pembangunan infrastruktur kereta cepat rute Jakarta-Bandung akan meningkatkan daya saing Indonesia di mata global dalam jangka panjang.

Hal ini karena proyek yang dibangun PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) itu didukung sistem transportasi yang terintegrasi.

“Pembangunan infrastruktur itu salah satu syarat untuk kita membangun daya saing. Dengan adanya kereta cepat, seperti juga jalan tol, maka ada kemudahan yang bisa berdampak baik untuk ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (21/10/2021).

Piter menjelaskan kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan terintegrasi dengan moda transportasi di setiap wilayah termasuk dengan light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT) di DKI Jakarta, sehingga perjalanan dapat ditempuh lebih cepat dan efisien.

Selain itu, kereta cepat Jakarta-Bandung juga menjadi ikon kebanggaan Indonesia karena menjadi yang pertama di kawasan Asia Tenggara, yang secara tidak langsung menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.

“Banyak pembangunan infrastruktur baru yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Manfaat dari pembangunan itu, dirasakan masyarakat setelah beberapa lama dibangun dan dioperasikan,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya