Inovasi Bioflok Peri Sakti Tambah Pendapatan Warga Desa Kapar di Tabalong

PT Pertamina EP (PEP) Tanjung Field, unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia menjalakan program TJSL melalui Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Des 2021, 20:21 WIB
Diterbitkan 16 Des 2021, 20:21 WIB
Ketua Kelompok Peri Sakti di Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalsel bernama Juhin dan rekan.
Ketua Kelompok Peri Sakti di Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalsel bernama Juhin dan rekan.

Liputan6.com, Jakarta Tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) tak sekedar ada, tetapi ini terbukti telah membantu masyarakat. Seperti yang dilakukan PT Pertamina EP (PEP) Tanjung Field, unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

Perusahaan menerapkan program TJSL PEP Tanjung Field di wilayah operasi melalui Program Pusat Pembudidayaan Perikanan Desa Kapar Inovatif (Peri Sakti).

Salah satu yang merasakan dampak dari TJSL PEP Tanjung Field adalah pria bernama Juhin. Dia merupakan Ketua Kelompok Peri Sakti di Desa Kapar, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalsel. Desa Kapar adalah area Ring 1 PEP Tanjung Field.

Juhin mengaku telah menjadi mitra binaan PEP Tajung Field dalam program Peri Sakti sejak 2020. “Awalnya saya memelihara ikan pakai kolam tanah pada 2019. Hasilnya kurang memuaskan,” ujar dia bercerita dalam sharing session secara virtual bertema Journey to Empowerment: Berbagi Nilai dan Cita-Cita Bersama Masyarakat di Wilayah Operasi Migas, Kamis (16/12/2021).

Berbagai keuntungan dia rasakan setelah mendapatkan binaan dari inovasi bioflok. Mulai dari kemampuan mengelola limbah organik menjadi pupuk cair, pemberian pakan menjadi tujuh karung dalam satu periode panen atau lebih hemat 13 karung dibandingkan kolam tanah yang memerlukan 20 karung.

Dia menuturkan jika dengan pendampingan mampu menekan biaya budidaya ikan hanya sekitar Rp 4 juta per kolam dalam sekali periode panen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kolam tanah yang bisa Rp 12 juta.

Keunggulan lain, terkait padat tebar benih 500 ekor per m3 dibandingkan menggunakan kolam tanah 100 ekor.

Hasil panen pun mencapai 120 kg per periode/panen dibandingkan memakai kolam tanah yang mencapai 80 kg.

Keberhasilan menekan biaya pakan, berdampak ke pendapatan anggota kelompok. "Pendapatan juga naik menjadi Rp3 juta per periode panen dibandingkan kolam tanah Rp2 juta per periode,” jelas dia.

Meski demikian, dia mengakui jika penggunaan kolam tanah untuk memelihara ikan banyak kendala. Salah satunya lokasi kolam yang berdekatan dengan lahan industri dan pertambangan sehingga kalau banjir limbahnya bisa masuk ke kolam.

Setelah bermitra dengan PEP Tanjung Field, yang merupakan unit bisnis PT Pertamina Hulu Indonesia pada 2020, Juhin bersama-sama rekan-rekannya pun membuat kelompok kerja.

Kelompok itu diajarkan budidaya ikan dalam terpal bundar, dan tidak lagi menggunakan kolam tanah. Awalnya, dibuat dengan tiga kolam dengan sistem bioflok.

Keunikannya adalah pada floknya. Cara pembuatan bioflok bahannya sangat mudah, probiotik, molase, dedak, dicampur dalam air di kolam terpal, didiamkan selama 7-14 hari atau dikatakan fermentasi. Lalu diberikan benih ikan. Pada usia 7-8 bulan bisa panen.

Menurut Juhin, air limbah dari kolam ramah lingkungan, sehingga bisa untuk pupuk cair tanaman. “Bioflok Peri Sakti adalah yang pertama dan satu satunya yang berhasil di Tabalong,” katanya.

Kegiatan Peri Sakti adalah pengadaan unit bioflok, tabur benih, pelatihan penerapan bioflok, panen raya, pelatihan pembuatan probiotik, hingga pemasaran hasil panen. Saat ini Kelompok Peri Sakti mengelola sembilan kolam bioflok.

“Ke depan kami akan mengikuti pelatihan cara membuat pakan sendiri, dan mendaftarkan paten produk kami,” katanya.

 

Komitmen PEP Tanjung

Field Manager PEP Tanjung, Sigit Setiawan,
Field Manager PEP Tanjung, Sigit Setiawan,

Field Manager PEP Tanjung, Sigit Setiawan, mengatakan Pertamina berkomitmen menjaga lingkungan wilayah operasinya.

Salah satunya dengan pengelolaan limbah. Keberadaan Peri Sakti bisa mengelola usaha perikanan menjadi lebih baik, dan tidak perlu membuang limbah ikan karena bisa digunakan untuk pertanian.

“Upaya ini bukan tanpa hambatan. Dengan kolaborasi kelompok lahir inovasi usaha online dan marinasi ikan,” katanya.

Menurut Sigit, program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PEP Tanjung Field tentunya tidak berhenti.

Salah satunya dengan meminta dinas terkait untuk memantau perkembangan Peri Sakti. Selain itu, program Peri Sakti juga akan direplikasi Lapas Tabalong.

“Pada 2022 rencananya akan direplikasi di lapas. Serta di tiga provinsi, Kalsel, Kalteng dan Kaltim. Diharapkan demand pasar mudah di dapat, dan kawan kawan replikasi mudah mempelajarinya,” katanya.

H Muhammad Mugeni, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tabalong, memberikan apresiasi kepada PEP Tanjung Field yang menjalankan program TJSL di bidang perikanan yang mengembangkan inovasi budidaya ikan sistem bioflok.

“Kami berharap Pertamina terus mendukung pemberdayaan masyarakat dalam bidang perikanan dan bidang lain. Diharapkan ini bisa menjadi momentum pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya setelah pandemi,” kata Mugeni.

Sementara itu, Rahmatullah Hutabana, Camat Murung Pudak, berharap kegiatan ini bisa terus dilanjutkan di wilayah lain dan perusahaan tetap komitmen dalam pengembangan masyarakat. “Saat ini masa pandemi, kegiatan seperti ini bisa bantu perekonomian masyarakat,” kata Rahmatullah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya