Liputan6.com, Jakarta Ekonom Indef, Nailul Huda, menyarankan Pemerintah meningkatkan pengawasan distribusi kedelai di tingkat importir agar tidak terjadi permainan dari kartel kedelai.
“Sebenarnya bisa dari pengawasan distribusi kedelai harus diawasi agar harga kedelai tidak terus naik karena permainan kartel,” kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Kamis (17/2/2022).
Baca Juga
Dia juga menilai intervensi pemerintah bisa meringankan beban masyarakat dan produsen tahu-tempe dengan adanya pengaturan harga di tingkat importir.
Advertisement
Menurutnya, terkait kedelai ini masalahnya terletak pada pasokan yang masih dan akan terus bergantung pada impor. Lantaran, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan kedelai sendiri dari dalam negeri.
“Akibatnya, harga kedelai dalam negeri sangat tergantung dari pasar impor. Amerika sebagai negara pengekspor kedelai ke Indonesia, tengah mengalami inflasi yang cukup tinggi. Akibatnya harga produksi kedelai dari Amerika juga akan naik. Sampai Indonesia juga pasti akan meningkat juga harganya,” ujarnya.
Selain masalah itu, terdapat juga masalah pembagian kuota kedelai yang cenderung oligopoli dan bisa memicu adanya permainan harga. Importir di sini berpengaruh dalam distribusi dan penentuan harga dalam negeri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Harga Kedelai
Sebagai informasi, berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai 15,77 USD/bushels.
Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 USD/bushels dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 USD/bushels.
Kenaikan harga disinyalir akibat adanya kenaikan inflasi di negara produsen yang berdampak pada kenaikan harga masukan produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan. Selain itu, disebabkan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang mendorong petani kedelai menaikkan harga.
Advertisement