Liputan6.com, Jakarta Program optimalisasi lahan yang digencarkan Kementerian Pertanian (Kementan) berupa Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), pembangunan pintu air serta gorong-gorong yang dapat melayani areal seluas 282 hektar membawa keberkahan tersendiri bagi petani di desa Trimomukti, Kabupaten Lampung Selatan.
Sekertaris Gapoktan Sumber Makmur Suwarno menjelaskan, sebelum adanya optimalisasi lahan yang dilakukan Kementan, mayoritas petani hanya bisa melakukan panen raya satu kali dalam setahun.
Baca Juga
"Sebelum Opla (Optimalisasi Lahan), kami (hanya) bisa panen raya satu kali dalam setahun," jelasnya, dikutip Rabu (2/3/2022).
Advertisement
Pemicunya, lantaran saluran irigasi pertanian kurang bekerja secara maksimal, sehingga di saat musim hujan banyak lahan petani yang terendam air.
"Kalau musim penghujan. Sudah itu pasti gagal panen karena terbawa banjir, dan air itu naik hingga ke lahan kami," tambahnya.
Sedangkan pada waktu musim kemarau pun petani kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bagi pertaniannnya.
Namun, setelah hadirnya program optimalisasi lahan oleh Kementan untuk memperbaiki saluran irigasi para petani. Kini pata petani tidak perlu khawatir disaat musim penghujan dan kemarau.
"Alhamdulillah. Sejak adanya perbaikan saluran irigasi, dalam setahun bisa panen dua hingga tiga kali, tentunya (hal tersebut) manfaat bagi kami," tuturnya.
Optimasi lahan merupakan salah satu langkah strategis dalam mengantisipasi kekurangan lahan untuk memproduksi padi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktifitas lahan sawah melalui penyediaan sarana produksi (pupuk) dan bantuan pengolahan tanah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemulihan Ekonomi
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo terus mendorong agar lahan pertanian yang ada dapat dioptimalkan secara maksimal. Optimalisasi lahan pertanian dinilai sangat penting untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Mentan mengakui, memang sejauh ini ada dua tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian, yaitu cuaca dan juga krisis pandemi.
Namun menurutnya kedua tantangan tersebut bukan alasan untuk tidak berproduksi, mengingat pertanian sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi dan mekanisasi.
"Cuaca yang panas dan dingin itu harus kita hadapi. Begitupun dengan hama, sesudah hama tentu saja yang terakhir yang tidak kita harapkan adalah bencana alam. Kalau tiga-tiganya mampu diantisipasi, pertanian kita tidak akan bersoal lagi," kata Mentan Syahrul.
Advertisement