Liputan6.com, Jakarta - Setelah dua bulan perang Rusia Ukraina berlangsung, Kremlin telah mengambil langkah-langkah untuk meredam dampak sanksi ekonomi dari negara Barat.
Namun, Amerika Serikat bergerak untuk memotong akses Rusia ke cadangan devisanya, membatasi impor teknologi utama dan pembatasan lainnya, dilansir dari Euro News, Selasa (26/4/2022).
Baca Juga
Hal ini termasuk menaikkan suku bunga hingga 20 persen, melembagakan kendali modal dan memaksa bisnis Rusia untuk mengubah keuntungan mereka menjadi rubel.
Advertisement
Dampak sanksi ekonomi mulai terlihat ketika Rusia menghadapi inflasi terburuk dalam dua dekade.
Rosstat, badan statistik ekonomi Rusia, mengatakan inflasi negara tersebut bulan lalu mencapai 17,3 persen, menjadikannya level tertinggi sejak tahun 2002.
Beberapa perusahaan di Rusia juga dilaporkan terpaksa ditutup.Adapun sejumlah laporan lainnya yang menyebut produsen tangki Rusia harus menghentikan produksi karena kekurangan suku cadang.
Lada, perusahaan mobil terkenal di Eropa timur yang dibuat oleh perusahaan Rusia Avtovaz dan mayoritas dimiliki oleh pembuat mobil Prancis Renault - juga harus menutup pabriknya.
Walikota Moskow Sergey Sobyanin juga mengungkapkan bahwa ibu kota Rusia tersebut telah melihat 200.000 karyawan yang kehilangan pekerjaan mereka dari perusahaan asing yang menutup operasi.
Diketahui bahwa, menyusul kecaman atas invasi di Ukraina, lebih dari 300 perusahaan Barat telah meninggalkan Rusia, dan rantai pasokan internasional sebagian besar telah ditutup setelah perusahaan kontainer Maersk, UPS, DHL, dan perusahaan transportasi lainnya keluar dari negara itu.
Rusia juga menghadapi default bersejarah pada obligasinya, kemungkinan membekukan negara itu dari pasar utang selama bertahun-tahun.
Harga di Supermarket Rusia Meroket
Selain itu, Rusia juga menghadapi lonjakan harga bahan makanan. Di supermarket dan toko di sejumlah daerah negara itu, harga 1 kilogram gula naik 77 persen, dan harga sayuran naik 30 hingga 50 persen lebih mahal.
Penduduk di salah satu pinggiran kota Moskow mengatakan 19 liter air minum yang mereka pesan secara rutin juga naik hampir 35 persen lebih mahal dari sebelumnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, situs berita lokal di berbagai wilayah Rusia telah melaporkan bahwa banyak toko tutup di mal setelah perusahaan dan merek Barat menghentikan operasinya atau menarik diri dari Rusia, termasuk Starbucks, McDonald's, dan Apple.
Ekonomi Rusia diramal kontraksi 20 persen akibat diberhentikannya pembelian minyak dan gas
Benjamin Hilgenstock dan Elina Ribakova, ekonom Institut Keuangan Internasional, memperkirakan dalam laporan yang dirilis bulan lalu bahwa jika Uni Eropa, Inggris, dan AS melarang minyak dan gas alam Rusia, ekonomi Rusia dapat berkontraksi lebih dari 20 persen.
Sedangkan tahun ini, ekonomi Rusia diprediksi kontraksi 15 persen.
Sementara Uni Eropa telah setuju untuk melarang batu bara Rusia pada bulan Agustus mendatang dan sedang membahas sanksi terhadap sektor minyak, sejauh ini tidak ada konsensus di antara 27 negara tentang penghentian minyak dan gas alam Rusia.
Diketahu bahwa Eropa jauh lebih bergantung pada pasokan Rusia daripada negara Barat lainnya, yang telah melarang atau memberhentikan pembelian minyak dari negara itu secara bertahap.
Sementara itu, Moskow mendapat sekitar 787 juta euro sehari dari Eropa dari pembelian minyak dan gasnya.
Advertisement
Ekonom : Dampak Sanksi Ekonomi ke Rusia Tidak Akan Terlihat Dalam Waktu Singkat
Sementara itu, sebagian besar ekonom menjelaskan bahwa sanksi ekonomi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memiliki efek penuh.
Jika Rusia tidak bisa mendapatkan jumlah modal, suku cadang, atau pasokan yang sesuai dari waktu ke waktu, masalah itu akan menyebabkan lebih banyak pabrik dan bisnis tutup, dan pengangguran yang lebih tinggi.
"Hal-hal yang harus kita cari untuk melihat apakah sanksi itu berhasil, sejujurnya, belum terlihat dengan mudah," kata David Feldman, seorang profesor ekonomi di William & Mary di Virginia.
"Kami akan mencari harga barang, jumlah barang yang mereka produksi dan kualitas barangnya. Yang terakhir paling susah dilihat dan mungkin paling terakhir muncul," ujarnya.
Bank Dunia : Ekonomi Rusia akan Berkontraksi Hingga 11,2 Persen di 2022
Sementara ekonomi Ukraina akan mengalami kerusakan paling parah akibat perang, Bank Dunia juga menyebut ekonomi Rusia telah jatuh ke dalam resesi yang dalam karena dilanda sanksi dari negara-negara Barat.
Dikutip dari BBC, sanksi ekonomi itu termasuk memutuskan hubungan dengan bank-bank Rusia dan pembekuan aset politisi serta miliarder Rusia hingga melarang impor barang mewah dan penerbangan.
Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Rusia akan berkontraksi hingga 11,2 persen di tahun 2022 ini.
Tetapi sementara AS telah melarang semua impor minyak dan gas Rusia, Uni Eropa, yang memasok seperempat minyak dan 40 persen gasnya dari Rusia, telah menghentikan langkah tersebut.
Negara-negara Uni Eropa terus membayar Moskow hingga 800 juta euro untuk pembelian energi setiap hari, yang diperkirakan berjumlah 40 persen dari pendapatan Kremlin.
Namun Uni Eropa telah mengusulkan rencana untuk membuat Eropa independen dari bahan bakar fosil Rusia sebelum 2030.
Advertisement