Liputan6.com, Bali Perkembangan dunia digital turut mempengaruhi perkembangan model-model keuangan di berbagai belahan dunia. Maraknya aset kripto belakangan ini pun turut menjadi perhatian.
Bank for International Settlements (BIS) dikabarkan akan mengeluarkan pedoman pengaturan aset kripto pada hari ini, Rabu (13/7/2022). Ini diungkapkan Direktur Departemen Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ryan Rizaldy.
Baca Juga
“Yang sudah digodok itu dan besok akan keluar itu Bank for International Settlements ini itu mereka akan keluar dengan regulasi, guiding principle yang akan jadi pedoman untuk atur stable coin,” kata dia dalam Taklimat Media di Bali Nusa Dua Convention Center, ditulis Rabu (13/7/2022).
Advertisement
“Akan ada keluar guiding principles yang akan memberikan pedoman setiap negara yang nanti akan meregulasi kripto aset,” tambahnya.
Munculnya aturan ini, kata dia, diharapkan juga akan berdampak pada lahirnya pedoman pengaturan bagi mata uang digital yang tengah dikaji oleh sejumlah bank sentral, termasuk Bank Indonesia. mata uang kripto legal keluaran bank sentral itu akan disebut Central Bank Digital Currency (CBDC).
“Mungkin setelah itu harapannya, Mudah-mudahan bisa mengarah juga kepada semacam guiding principle mengenai penggunaan CBDC secara crossborder dan secara internasional, mudah-mudahan, tapi skarang belum,” terangnya.
Ryan menyebut pihaknya tengah menggodok aturan terkait. Rencananya, pada akhir tahun ini Bank Indonesia akan mengeluarkan white paper mata uang digital atau dikenal Central Bank Digital Currency (CBDC).
“Apakah nanti open source, ada interoperability-nya apa enggak? Jangan-jangan itu tidak efisien, itu jadi tantangan yang disadari betul komunitas bank sentral global dan ini yang sedang digodok,” katanya dalam Taklimat Media di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) ditulis Rabu (13/7/2022).
Inisiatif
Ia mengaku telah ada sejumlah inisiatif yang telah berjalan hingga saat ini. Diantaranya ada Project Jura dan Project Dunbar yang disebutkannya. Ryan mengaku hal yang sama juga akan dijajaki oleh Bank Indonesia.
“itu kolaborasi ari berbagai macam bank sentral dan pastinya ketika nanti kami, Bank Indonesia memang sudah siap dengan perencanaannya, kita juga akan istilahnya onboard di dalam project tersebut,” katanya.
Kemudian, ia menjelaskan, dengan adanya pengaturan yang dibahas secara global, tujuannya guna mengantisipasi adanya batas-batasan tersendiri dalam penggunaan CBDC. Sehingga, sesuai dengan niatnya, CBDC akan dibentuk sebagai pembayaran yang tanpa-batas atau borderless.
“Itu intinya berbagai inisiatif itu memikirkan bagaimana agar CBDC ini tak menimbulkan pulau-pulau baru di dunia dan bisa saling interkoneksi satu dengan yang lain, dan yang pastinya memudahkan masyarakat,” terangnya.
“Mudah-mudahan solusi yang dihasilkan bisa memberikan efisiensi bagi masyarakat terutama dalam konteks transaksi luar negeri. Transaksi remitansi. Ini yang memang lagi digodok,” tambah Ryan.
Advertisement
100 Bank Sentral
Sebelumnya, Direktur Departemen Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Ryan Rizaldy mengungkap ada sekitar 100 bank sentral di dunia yang akan mengembangan uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC). Itu termasuk bank sentral sejumlah negara maju dan berkembang.
Ryan mengungkapkan, pembahasan mengenai desain CBDC ini terus menjadi perhatian bank sentral di setiap negara, termasuk Indonesia. Salah satunya mengenai skema yang paling cocok dalam implementasinya kedepan.
“Kami sedang berjuang, masih mengeksplorasi untuk itu bersama dengan komunitas bank sentral global. Saat ini sudah ada 100 bank sentral yang melakukan eksperimen CBDC, baik di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia,” katanya dalam Taklimat Media, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Selasa (12/7/2022).
Ia mengaku, dalam prosesnya, eksperimen dan pengembangan CBDC memerlukan tahapan yang panjang. Untuk itu, ia akan menerima semua masukan dari pihak-pihak terkait.
“Tahapannya panjang, dalam diskusi kedua tadi, disampaikan bahwa kita akan mulai eksperimentasi (CBDC). Kita berdiskusi dengan stakeholder terkait,” katanya.
“Kita akan sangat terbuka (terhadap masukan) dan ada proses uji coba sebagaimana ada yang dilakukan oleh bank sentral dunia, jadi ada squence-nya, dan akan diterapkan bertahap,” terangnya.
Mengkaji Risiko
Terkait desain CBDC di Indonesia atau rupiah digital, Ryan mengungkap berusaha mengkaji dari berbagai aspek. Termasuk aspek risiko yang nantinya akan melekat pada sistem tersebut.
“Kita ingin mendesain digital rupiah ini sanggup mendukung ekonomi yang risikonya rendah, dengan pelaksanaan oleh bank sentral,” ujarnya.
Dengan demikian, ia mengaku akan berusaha untuk membangun kepercayaan masyarakat. Serta mendukung agar masyarakat memiliki akses terhadap uang digital tersebut dengan risiko yang rendah.
“hingga menjamin inklusi dan inovasi (keuangan digital),” katanya.
Informasi, akhir tahun ini, direncanakan indonesia akan merilis white paper mengenai CBDC Indonesia atau mata uang digital indonesia. Nantinya, akan dijelaskan secara detail mekanisme penggunaan serta aturannya.
Advertisement