Inflasi AS Bikin Rupiah Loyo, Ditutup Melemah Rp 15.020 per USD

Pelemahan nilai tukar Rupiah sendiri tak lepas dari rencana The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga Fed satu persentase poin bersejarah akhir bulan ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jul 2022, 18:50 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2022, 18:50 WIB
Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 28 poin di level Rp 15.020 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.991 per USD. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.010 - Rp.15.060 per USD.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah ini akibat lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS). Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, inflasi pada Juni 2022 mencapai 9,1 Persen atau menjadi yang terburuk sejak 1981 silam.

"Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada Kamis, karena data inflasi AS yang tinggi mendorong ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut dari Federal Reserve AS yang lebih cepat dan arus safe-haven di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi," ujar Ibrahim di Jakarta, Kamis (14/7).

Ibrahim menyampaikan, pelemahan nilai tukar Rupiah sendiri tak lepas dari rencana The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga Fed satu persentase poin bersejarah akhir bulan ini.

"Presiden Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan "semuanya dalam permainan" untuk memerangi tekanan harga," ujarnya.

Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah juga masih sedikit banyaknya dipengaruhi oleh perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai. Akibatnya, proses pemulihan ekonomi global masih diwarnai ketidakpastian yang tinggi selain juga mendorong laju inflasi di berbagai negara.

"Perang ini kemudian berimbas pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi dunia, dan kemudian mendorong kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia. Bahkan, bisa mendorong mereka ke arah resesi," tutupnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Dibuka Melemah

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nilai tukar rupiah melemah pada pembukaan perdagangan Kamis pagi ini. Pelemahan rupiah seiring ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) hingga 100 basis poin (bps).

Kurs rupiah pagi ini bergerak melemah tipis lima poin atau 0,03 persen ke posisi 14.997 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.992 per dolar AS.

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Kamis, mengatakan nilai tukar rupiah kemungkinan masih bisa melemah hari ini terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi konsumen AS bulan Juni semalam mencetak rekor baru dalam 40 tahun.

Data inflasi konsumen AS bulan Juni 2022 dirilis lebih tinggi dari bulan sebelumnya, yakni 9,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibanding 8,6 persen (yoy) pada Mei 2022.

"Ini bakal memvalidasi kebijakan Bank Sentral AS untuk lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya karena ternyata inflasi AS masih dalam tren naik," ujar Ariston.

Oleh karenanya ia menuturkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed sebesar 100 bps pada bulan Juli ini meningkat menjadi 79,7 persen, menurut Fed Watch Tools dari CME.

 

 

 

Kenaikan Inflasi

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari dalam negeri, kenaikan inflasi karena kenaikan harga pangan, dinilai Ariston, menjadi kekhawatiran tersendiri yang bisa menekan rupiah.

"Inflasi tinggi bisa menurunkan daya beli masyarakat dan menekan pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Maka dari itu ia memperkirakan potensi pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam rentang Rp14.980 per dolar AS hingga Rp15.030 per dolar AS.

Pada Rabu (13/7) lalu, kurs Garuda ditutup menguat 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.992 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.995 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya