Pabrik Minyak Makan Merah Tak Bakal Ancam Pasar Perusahaan Besar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pembangunan perdana pabrik minyak makan merah akan dilakukan pada Oktober 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Agu 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2022, 13:00 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam konferensi pers terkait minyak makan merah di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam konferensi pers terkait minyak makan merah di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan membagun pabrik minyak makan merah pada Oktober 2022. Pabrik ditargetkan selesai pada Januari 2023 dan langsung produksi.  

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menegaskan, rencana pembangunan pabrik minyak makan merah ini tidak akan mengancam perusahaan-perusahaan minyak besar di Indonesia. Menurutnya skema pemasaran antara minyak makan merah dengan minyak goreng produksi perusahaan besar berbeda.

Kementerian koperasi dan UKM sudah menyampaikan kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) bahwa kebijakan minyak makan merah ini afirmasi pemerintah untuk para petani sawit.

Supaya mereka tidak lagi hanya menjual sawit tetapi mereka bisa melakukan hilirisasi memproduksi minyak makan merah dan juga bisa meningkatkan nilai tukar petani.

"Ini harus diproteksi, saya tegaskan kepada BSN dan BPOM bahwa kebijakan afirmatif ini harus lebih protektif, sebab kalau yang industri besar diberikan izn juga memproduksi ini ya pasti matilah pabrik rakyat ini," ucap Menkop Teten, saat konferensi pers, Jakarta, Jumat (26/8).

Dirinya sudah memastikan dengan hitungan supaya tidak terjadi perebutan Tandan Buah Segar (TBS) "Kami sudah hitung 35 persen CPO itu diproduksi dari petani sawit mandiri. Sehingga kalau ini diproduksi untuk menyuplai minyak makan merah di dalam negeri ini cukup. Tidak mengganggu industri minyak goreng atau CPO yang sudah ada," terangnya.

Lebih lanjut, ternyata minyak makan merah diversifikasi yakni bisa dibuat untuk sabun, suplemen vitamin A untuk anak-anak dan ibu hamil, dan lain sebagainya.

Pabrik Minyak Makan Merah Mulai Dibangun Oktober 2022

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam konferensi pers terkait minyak makan merah di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam konferensi pers terkait minyak makan merah di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Untuk diketahui, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pembangunan perdana pabrik minyak makan merah akan dilakukan pada Oktober 2022. Langkah ini dilakukan menyusul perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta percepatan realisasi.

Pada tahap awal, pembangunan pabrik akan dilakukan di Sumatera Utara. Ini juga menjadi lokasi uji coba untuk pengembangan teknologi pengolahan minyak makan merah.

"Jadi pak Presiden minta ada percepatan, jadi mungkin Oktober ini mulai bangun fisik, DED (Detail Engineering Design) selesai akhir bulan ini, langsung produksi mesinnya, jadi ada (produksi) CPO mini, ada pabrik pengolahan ke minyak makan merah," kata Teten Masdukidalam konferensi pers di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Teten mengatakan kedepannya pembangunan pabrik akan dilakukan di setiap titik-titik perkebunan kelapa sawit. Misalnya, kebun dengan luasan 1.000 hektar.

"Ini akan menggandeng pembiayaan selain dari pembiayaan LPDB, dan pembangunan fisik oleh BPDPKS. Ini investasinya Rp 23 miliar, untuk (produksi) 10 ton," kata dia.

Rp 23 miliar ini merupakan biaya produksi minyak makan merah dengan kapasitas 10 ton per hari per pabrik. Namun, Menteri Teten belum mengungkap biaya pembangunan pabriknya tersebut.

Mengacu catatan Liputan6.com, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menghitung, biaya pembangunan pabrik sekitar Rp 143 Miliar untuk 1 pabrik.

Bisa Dibangun Koperasi

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki  melakukan Kunjungan Kerja Bersama Stakeholder Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Sumatera Utara
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melakukan Kunjungan Kerja Bersama Stakeholder Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Sumatera Utara

Lebih lanjut, Menteri Teten mengatakan koperasi juga bisa membangun secara mandiri pabrik tersebut. Kemudian mulai memproduksi dari kebun sawit yang dimiliki koperasi tersebut.

"Koperasi yang sudah punya kebun sendiri, ada 2 ribu - 3 ribu hektar, punya financial sendiri kalau bangun pabrik juga bisa," kata dia.

Di sisi lain, Menteri Teten menyampaikan, kalau balik modal biaya pembangunan ini bisa dicapai dalam 3-4 tahun. Sehingga, membuka juga peluang pembiayaan dari perbankan.

"ROI-nya (Return of Investment) 4 atau 3 tahun, bahkan sampai 6 tahun pun bank biasanya masih menyediakan," ujarnya.

"Bahkan koperasi juga kan punya anggota usaha mikro, mereka jual ke anggotanya juga sudah menguntungkan," tambah Menteri Teten. 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya