Liputan6.com, Jakarta Kontribusi Himpunan Bank Negara (Himbara) tercatat sebesar Rp 64 triliun pada Kuartal III-2022. Setoran ini terdiri dari pajak dan dividen dari bank pelat merah tersebut.
Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN, Muhammad Khoerur Roziqin mengatakan kalau angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 19,3 persen dari periode yang sama di tahun lalu dengan catatan Rp 53,6 triliun setoran ke negara.
Baca Juga
Pada sisi dividen, Himbara menyetor setidaknya Rp 24,6 triliun per kuartal III tahun ini. Nilai ini setara 61,8 persen dari total dividen yang disetor BUMN pada tahun Anggaran 2022. Mengacu keseluruhan, nilainya adalah Rp 39,7 triliun.
Advertisement
"Kontribusi Himbara sendiri 61,8 persen terhadap keseluruhan (dividen) yang dibayarkan kepada negara sebesar Rp 39,7 triliun," ujarnya dalam Mesia Briefing di Kementerian BUMN, Kamis (15/12/2022).
Rinciannya, PT BRI mencatatkan setoran dividen paling banyak dengan Rp 14 triliun, diikuti PT Bank Mandiri dengan Rp 8,7 triliun, PT BNI Rp 1,6 triliun, dan PT BTN senilai Rp 143 miliar.
Dari sisi pajak, setoran dari Himbata sebesar Rp 39,4 triliun per kuartal III-2022. Bank BRI juga masih menempati setoran paling besar dengan Rp 16,1 triliun. Diikuti Bank Mandiri Rp 15,1 triliun, Bank BNI senilai Rp 5,7 triliun, serta Bank BTN Rp 2,3 triliun.
Sementara itu, dari sisi laba Himbara, Roziqin menyampaikan kalau laba bersih yang tercatat hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 85,9 triliun. Angka ini meningkat 80,7 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 47,6 triliun.
Dia mengatakan kalau sumbangan laba Himbara mencatatkan porsi sebesar 55 persen dsri total laba BUMN senilai Rp 155 triliun per kuartal III 2022.
"Ini mungkin pertumbuhan tertinggi sepanjang sejarah Himbara dari semua aspek kinerja," sambung Roziqin.
Â
Laba BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir mengemukakan laba konsolidasi BUMN mencapai Rp155 triliun (belum diaudit) hingga triwulan III 2022 yang menunjukkan hasil positif atas kinerja transformasi BUMN.
"Artinya, sudah terjadi konsolidasi, efisiensi dan fokus pembangunan ekosistem," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI dikutip dari Antara, Senin (5/12/2022).
Erick menjelaskan laba BUMN secara konsolidasi sebesar Rp155 triliun itu meningkat dari laba konsolidasi pada tahun 2021 yang sebesar Rp125 triliun dan meroket dari capaian tahun 2020 yang hanya Rp13 triliun.
Capaian tersebut pun dinilainya turut mendorong kontribusi BUMN bagi negara berupa pajak, bagi hasil, dividen dan PNBP.
"Sampai kuartal III 2022, untuk tiga tahun terakhir pada saat COVID-19, kontribusi total BUMN mencapai Rp1.198 triliun kepada negara yang terdiri dari pajak, bagi hasil dan dividen. Artinya lebih tinggi Rp68 triliun dari kumulatif tiga tahun (2017-2019) yang sebesar Rp1.130 triliun," ungkapnya.
Â
Advertisement
Bisa Lebih Besar
Erick menjelaskan laba konsolidasi BUMN pada triwulan III 2022 sejatinya lebih besar, yakni mencapai Rp209 triliun karena adanya laba hasil restrukturisasi Garuda Indonesia yang mencapai Rp54 triliun.
"Kita hanya bicara laba yang cash, karena kalau yang cash dan non cash digabungkan jadi tinggi sekali padahal tahun depan belum tentu ada yang non cash sebesar ini," ujarnya.
Erick menambahkan, kinerja BUMN juga terlihat dari performa BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menyebut jika dibandingkan dengan sektor swasta, capital gain emiten BUMN mencapai 8,2 persen dengan cummulative dividend mencapai 9,8 persen.
Â
Saham BUMN
Sebaliknya, capital gain sektor swasta hanya 5,9 persen dengan cummulative dividend sebesar 4,9 persen. Dengan demikian, tingkat pengembalian yang diterima pemegang saham BUMN mencapai 18 persen, jauh di bawah sektor swasta yang hanya sekitar 10 persen.
"Ini yang menggembirakan, bahwa kalau benchmarking dengan private sector yang ada di bursa, itu kita lihat capital gain sama cummulative dividen itu konsolidasi kita return-nya bisa 18 persen, artinya lebih baik dari private sector di mana private sector, capital gain dan cumulative dividend-nya itu 10,8 persen," katanya.
Menurut Erick, hal itu membuat BEI sangat gembira bisa bekerja sama dengan BUMN yang berkontribusi pada 25 persen pergerakan bursa.
Di sisi lain, rasio utang terhadap modal BUMN juga terus turun dari 38,6 persen pada 2020, menjadi 36,2 persen pada 2021 dan hingga triwulan III 2022 mencapai 34 persen.
"Artinya persepsi ketika BUMN seakan-akan utang, utang, utang, ya memang ada utang, tapi ketika dikonsolidasikan, ini sehat. Kita tidak menutup mata ada BUMN yang tidak sehat. Inilah yang salah satunya kita akan fokuskan untuk kesehatan BUMN itu ada di industri pangan dan pertahanan di 2023," ungkap Erick Thohir.
Advertisement