Harga Daging Sapi Masih Mahal, di Kisaran Rp 140 Ribu per Kg

Pantauan Liputan6.com di Pasar Tigaraksa Tangerang Banten, Kamis (5/1/2023), harga daging sapi kini mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg).

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2023, 20:20 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 20:20 WIB
FOTO: Penjualan Daging Sapi di Pasar Senen Merosot Akibat Virus PMK
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Harga daging sapi di pasar tradisional semakin tinggi. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategi (PIHPS) nasional, daging sapi, daging ayam, telur, bawang merah, bawang putih, cabai, minyak goreng, beras sampai gula mengalami kenaikan.

Begitu pula di pasar tradisional. Pantauan Liputan6.com di Pasar Tigaraksa Tangerang Banten, Kamis (5/1/2023), harga daging sapi kini mencapai Rp 140 ribu per kilogram (kg). Angka ini naik dari harga sebelumnya yang dikisaran Rp 130 ribu per kg.

Wawan (26), salah satu pedagang daging sapi di Pasar Tigaraksa, Kabupaten Tangerang menjelaskan bahwa sebelum tahun baru, daging sapi masih berada pada batas normal yaitu di kisaran Rp 120 ribu per Kg.

Menurutnya, kenaikan harga daging sapi tersebut dirasa karena usai Natal dan Tahun Baru tak lama kemudian disambut dengan Idul Fitri dalam beberapa bulan lagi.

Dampak dari kenaikan harga tersebut, Wawan harus mengalami penurunan pendapatan. Hal itu terjadi karena sepinya pembeli. Ia berharap pemerintah menurunkan harga supaya pembeli daging sapi kembali ramai dan bisa terjangkau oleh rakyat kecil.

“Harapan saya harganya turun. Sekilo daging bisa mencapai Rp 140 ribu per kg sedangkan gaji orang-orang enggak seberapa, jadi mereka sayang kalau beli daging. Kalau daging murah kemungkinan bisa dibeli sama semua orang,” kata Wawan.

 

Omzet Turun

FOTO: Penjualan Daging Sapi di Pasar Senen Merosot Akibat Virus PMK
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Begitu juga dengan Bayu yang mengeluhkan tentang harga daging yang naik membuat daya beli rendah sehingga omsetnya menurun. Selain itu, akibatnya terus terjadinya tawar-menawar dari para pembeli kepadanya.

“Dari sebelum tahun baru sampai sesudah tahun baru harganya masih tetap segitu. Dengan harga Rp 140 ribu per  kg membuat saya kesulitan menjualnya. Banyak pedagang lain yang mengeluh karena awalnya orang beli bisa sampai 1  kg tapi sekarang cuma ½ kg. Pelanggan juga banyak yang hilang” kata Bayu.

Menurutnya hal itu terjadi karena kemungkinan sapi yang langka sehingga tukang jagal sapinya menaikkan harga dan akhirnya berdampak ke harga pasar. Namun sejauh ini pasokan stocknya masih lancar.

Oleh karena itu, pria berusia 28 tahun ini menyiasatinya dengan menjual harga daging Rp 130.000 per kg. Itu semua karena ia melihat bahwa pembeli hanya mampu membeli dengan harga tersebut.

“Kalau di tempat saya pembeli menurunnya sampai 60 persen. Dulu saya bisa jual sampai 100 kg tapi sekarang cuma 40 kg karena pembeli gak kuat untuk beli dagingnya. Saya jual Rp 130 ribu per kg karena itu alasannya,” ucap Bayu.

 

Bantuan Pemerintah

Pedagang daging sapi ini berharap bahwa pemerintah bisa menurunkan ke harga normal. Ia meminta pada pemerintah untuk lebih mempertimbangkan jika ingin menaikkan harga dengan melihat terlebih dahulu kondisi perekonomian dari para pembeli.

“Tolong pemerintah kalau mau menaikkan harga disesuaikan dengan kekuatan pembeli juga. Kalau bisa sih daging itu di harga 100.000 aja supaya pembeli ramai lagi. Misal naik pun paling mahal itu di harga 120.000 aja,” tambah Bayu.

Reporter: Nita Suci Lydiarti

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya