Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan pendiri Microsoft, Bill Gates semakin merosot hingga awal tahun 2023.
Melansir data Real Time Billionaire Forbes, Jumat (6/1/2023) Gates kini sudah tak lagi menduduki posisi 5 besar miliarder terkaya di dunia. Kekayaannya merosot hingga USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun (asumsi kurs Rp. 15.700 per dolar AS).
Baca Juga
Penurunan tersebut menjadikan kekayaan Gates kini tercatat USD 100,8 miliar atau Rp. 1,5 kuadriliun, menempatkannya di urutan ke-7 daftar Real Time Billionaire Forbes.
Advertisement
Tak hanya Gates, kekayaan miliarder di urutan 5 besar ikut merosot yakni Bernard Arnault ang berada di urutan teratas - menurun USD 1,9 miliar, kekayaan Elon Musk anjlok USD 2,1 miliar, juga harta pendiri Amazon Jeff Bezos yang menurun di kisaran serupa.
Menurunnya kekayaan Gates tak terlepas dari kegiatan amal yang kerap ia lakukan.
Dikutip dari Associated Press, daftar tahunan The Chronicle of Philanthropy tentang 10 pengeluaran amal terbesar oleh individu atau yayasan mengungkapkan bahwa Gates berada di urutan teratas, dengan sumbangan senilai USD 5 miliar (Rp 78,3 triliun) kepada Bill & Melinda Gates Foundation.
Urutan kedua ditempati oleh pasangan miliarder Ann dan John Doerr, dan posisi ketiga Jackie dan Mike Bezos, ibu dan ayah tiri Jeff Bezos.
Secara total, Chronicle of Philanthropy mencatat pengeluaran amal sebesar USD 9,3 miliar (Rp. 145,8 triliun) pada tahun 2022.
Donasi tersebut diberikan salah satunya untuk mendukung sektor kesehatan, pembangunan, kebijakan dan advokasi, serta pendidikan di AS.
Gates pada Juli 2022 sempat menarik perhatian publik ketika dia mengumumkan akan mendonasi USD 20 miliar (Rp. 313,5 triliun) kepada yayasan yang dijalankannya bersama mantan istrinya, Melinda French Gates.
Namun, pejabat yayasan mengkonfirmasi pada Desember 2022 bahwa tiga perempat dari donasi itu digunakan untuk melunasi USD 15 miliar yang dia dan French Gates telah janjikan pada Juli 2021. Sedangkan sisa USD 5 miliar lainnya adalah pemasukan baru ke yayasan.
Yayasan Amal Miliarder Bill & Melinda Gates Tebar Rp 18,5 Triliun Perangi Polio
Yayasan amal milik pendiri Microsoft, Bill & Melinda Gates Foundation mengumumkan akan mengeluarkan dana senilai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun, untuk mendukung upaya menangani penyakit polio secara global.
"Langkah terakhir untuk pemberantasan sejauh ini adalah yang terberat. Tapi yayasan kami tetap berdedikasi untuk masa depan bebas polio, dan kami optimis bahwa kami akan segera melihatnya," kata Mark Suzman, CEO Bill & Melinda Gates Foundation, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (18/10/2022).
Diketahui bahwa Bill & Melinda Gates Foundation dijalankan oleh salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates dan mantan istrinya Melinda French. Bill & Melinda Gates Foundation mengatakan, pihaknya menargetkan penanganan polio di Pakistan dan Afghanistan, dua negara terakhir di mana penyakit itu tersebar.
Bulan lalu, Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO) mengatakan bahwa Brasil, Republik Dominika, Haiti dan Peru masih menghadapi risiko yang sangat tinggi untuk terjadinya kembali penyebaran polio.
Negara bagian New York di Amerika Serikat pun mempercepat upaya untuk memvaksinasi penduduknya setelah virus terdeteksi dalam sampel air limbah. Kasus polio juga sempat terdeteksi di London dan Yerusalem.
Pada Maret 2022, seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa dunia berada pada 'saat yang berbahaya' dalam perang melawan penyakit seperti polio, setelah wabah di Malawi.
Pengumuman itu datang menjelang momen kesepakatan penting yang akan diselenggarakan bersama oleh Jerman dan Inisiatif Pemberantasan Polio Global (GPEI) pada 18 Oktober mendatang.
Gates Foundation sendiri merupakan bagian dari GPEI, sebuah proyek besar antara pemerintah dan organisasi internasional. Yayasan tersebut telah memberikan kontribusi hampir USD 5 miliar kepada GPEI.
Sebagai informasi, polio adalah penyakit yang sangat menular yang menyebar melalui kontaminasi oleh kotoran, dan termasuk penyakit berbahaya karena dapat melumpuhkan ribuan anak setiap tahun. Meskipun belum ada obatnya, tiga suntikan vaksin polio disarankan untuk kekebalan hampir 100 persen.
Advertisement
Miliarder Bill Gates Ragu Ubah Gaya Hidup Bisa Atasi Masalah Perubahan Iklim
Perubahan iklim didorong oleh pelepasan emisi gas rumah kaca dan emisi tersebut berasal dari setiap sektor ekonomi global, di antaranya adalah listrik, manufaktur, transportasi, pertanian, dan aktivitas industri. Secara kolektif, emisi gas rumah kaca umumnya meningkat selama beberapa dekade.
Untuk meminimalisir risiko perubahan iklim, aktivis kerap menganjurkan untuk mengurangi konsumsi sebagai salah satu solusi potensial.
Namun, miliarder sekaligus pendiri Microsoft Bill Gates merngungkapkan dirinya ragu hal itu dapat benar-benar dilakukan oleh konsumen.
"Saya pikir tidak realistis untuk mengatakan bahwa orang benar-benar akan mengubah gaya hidup mereka karena kekhawatiran tentang iklim," kata Gates, dikutip dari CNBC International, Jumat (30/9/2022).
"Anda dapat memiliki revolusi budaya di mana Anda mencoba untuk membuang segalanya, Anda dapat menciptakan situasi seperti Korea Utara di mana negara memegang kendali. Selain otoritas pusat yang sangat besar untuk membuat orang patuh, saya pikir masalah aksi kolektif sama sekali tidak dapat diselesaikan," ujar Gates kepada Akshat Rathi dalam sebuah episode podcast Bloomberg, bertajuk Zero, yang dipublikasikan pada Kamis (29/9).
Menurut sang miliarder, sebagian besar individu mungkin tidak akan mengubah gaya hidup mereka secara kurang nyaman untuk kepentingan masalah global.
"Siapa pun yang mengatakan bahwa kami akan memberitahu orang-orang untuk berhenti makan daging, atau berhenti menginginkan rumah yang bagus, dan kami pada dasarnya hanya akan mengubah keinginan manusia, saya pikir itu terlalu sulit," kata Gates.
Bahkan jika negara-negara dan individu-individu yang memiliki cukup akses dan mampu mengurangi, hal itu masih tidak akan cukup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengendalikan perubahan iklim, kata Gates.
Gates mengungkapkan, dia sendiri bahkan membayar dana hingga USD 9 juta per tahun untuk mengkompensasi emisi gas rumah kacanya.
"Tetapi hanya memiliki beberapa negara kaya, beberapa perusahaan kaya, dan beberapa individu kaya membeli jalan keluar mereka sehingga mereka dapat mengatakan bahwa mereka bukan bagian dari masalah, itu tidak ada hubungannya dengan pemecahan masalah,” kata Gates.