Simak Kurs USD, Poundsterling, Yen dan Yuan Kamis 16 Februari 2023

Kurs jual USD terhadap Rupiah pada Kamis 16 Februari 2023 dipatok Rp 15.269,97 per USD, dan kurs beli Rp 15.118,03.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Feb 2023, 13:10 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 13:10 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kurs dolar Amerika Serikat atau kurs USD terhadap Rupiah masih bertahan di Rp. 15.000 pada Kamis, 16 Februari 2023.

Melansir laman resmi Bank Indonesia, Kamis (16/2/2023) kurs jual USD terhadap Rupiah hari ini dipatok Rp 15.269,97 per USD, dan kurs beli Rp 15.118,03. 

Selanjutnya ada Poundsterling Inggris dengan kurs jual sebesar Rp 18.455,29 per pound dan kurs beli Rp 18.265,60. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.355,66, dan kus beli Rp 16.189,90.

Sedangkan kurs jual dolar Australia atau AUD hari ini sebesar Rp 10.543,91 per AUD dan kurs beli Rp 10.435,98 per AUD.

Kurs mata uang di negara ekonomi besar kawasan Asia juga masih bertahan di kisaran hari sebelumnya. 

kurs jual Yen Jepang hari ini senilai Rp 11.458,78 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.342,21 per 100 Yen. Sementara kurs jual Yuan China Rp 2.230,46 dan Rp 2.208,08 untuk kurs beli.

Kemudian kurs jual Won Korea Selatan sudah menembus Rp 11,90 dan kurs beli Rp 11,78 per Won, dan kurs jual dolar Hong Kong sebesar Rp 1.945,57 per HKD dengan kurs beli Rp 1.926,13 per HKD.

Melihat kurs mata uang di Asia Tenggara, kurs jual dolar Singapura atau SGD dipatok Rp 11.444,18 dan kurs beli Rp 11.328,61 per SGD. Ringgit Malaysia hari ini memiliki kurs jual Rp 3.479,94 per Ringgit dan kurs beli Rp 3.441,39 per Ringgit. 

Adapun Kurs jual Peso Filipina dipatok Rp 276,81 dan kurs beli Rp 273,90 per PHP, serta kurs beli Baht Thailand sebesar Rp 445,84 per Baht dan kurs beli Rp 441,27.


Rupiah Hari Ini Perkasa ke 15.190 per Dolar AS Jelang Rilis Suku Bunga Acuan BI

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat pada awal perdagangan Kamis. Penguatan rupiah terhadap dolar AS menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Kurs rupiah pada Kamis dibuka naik 16 poin atau 0,11 persen ke posisi 15.190 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.206 per dolar AS. 

"Dari faktor internal para pelaku pasar masih wait and see arah kebijakan suku bunga yang akan diputuskan BI hari ini," kata Analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara, Kamis (16/2/2023).

Rully menuturkan pasar memperkirakan kemungkinan BI akan mempertahankan level suku bunga saat ini di level 5,75 persen karena inflasi yang terkendali.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun secara tahunan menjadi 5,28 persen year on year (yoy) pada Januari 2023, dari 5,51 persen yoy pada Desember 2022.

Rully memproyeksikan rupiah diperdagangkan pada kisaran 15.175 per dolar AS sampai dengan 15.250 per dolar AS.

Sementara, data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik seperti penjualan retail yang naik melebihi ekspektasi pelaku pasar dan inflasi yang turun namun penurunannya lebih rendah dari ekspektasi telah menambah kekhawatiran pelaku pasar terkait keberlanjutan kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau The Fed di masa mendatang. 

Sebuah laporan Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel AS melonjak 3,0 persen pada Januari, karena pembelian kendaraan bermotor dan barang lainnya mendorong angka tersebut melewati estimasi 1,8 persen dari para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Secara tahun ke tahun, IHK AS Januari melambat menjadi 6,4 persen dari 6,5 persen pada Desember, level terendah dalam 15 bulan dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 6,2 persen.

Pada akhir perdagangan Rabu (15/2), nilai tukar rupiah melemah 39 poin atau 0,26 persen ke posisi 15.206 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.167 per dolar AS.


Bank Indonesia Yakin Rupiah Makin Perkasa di 2023

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.

"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Dia menyampaikan, pada tahun 2022, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia bisa tumbuh bias ke atas dalam kisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Bahkan BI optimis tahun 2022 bisa tumbuh paling tidak di kisaran 5,2 persen.

Mengutip data BPS, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari s.d Desember 2022 mencapai USD291,98 miliar atau naik 26,07 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021.

Kemudian, inflasi yang terjadi di Indonesia juga turun lebih cepat dari perkiraan, dari 6,5 persen menjadi 5,51 persen. Sedangkan negara lain inflasinya masih di atas 8 persen. Stabilitas nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan, transaksi berjalan surplus, kredit tumbuh 11,1 persen, dan masih banyak hal lainnya yang tumbuh cemerlang.

Hal itulah yang menjadi dasar optimisme Bank Indonesia bahwa kurs rupiah 2023 diyakini akan menguat. Disamping itu, Bank Indonesia juga memprediksi transaksi berjalan akan seimbang dan neraca pembayaran akan surplus, demikian dengan aliran modal diproyeksi akan mengalir deras.

"Untuk itu, pertumbuhan tinggi, inflasi rendah neraca pembayaran surplus dan prospek ekonomi yang baik, itu mendasarkan keyakinan kami bahwa rupiah akan menguat setelah tentu saja gejolak Global ini semakin mereda," ujarnya.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya