Pandemi Covid-19 Reda, Beban Usaha Kimia Farma Turun Rp 189 Miliar di 2022

Sepanjang tahun 2022, Kimia Farma telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41 persen atau Rp189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan melalui optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 03 Apr 2023, 18:40 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 18:40 WIB
PT Kimia Farma
PT Kimia Farma Tbk adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang sudah didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak 1817.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 telah memberikan kesempatan sekaligus tantangan terhadap industri kesehatan termasuk PT Kimia Farma Tbk (KAEF). KAEF turut berpartisipasi menyelenggarakan program vaksinasi Covid-19, penyediaan dan penyaluran obat antiviral untuk Covid-19 di seluruh wilayah Indonesia.

Di tengah kondisi ini, KAEF senantiasa melakukan upaya efisiensi dalam mendukung keberlangsungan bisnisnya. Sepanjang tahun 2022, Kimia Farma telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41 persen atau Rp189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan melalui optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.

Di samping itu, KAEF mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta refinancing.

“KAEF telah membukukan cashflow positif di tahun 2022. Pada akhir Desember 2022, tercatat nilai kas dan setara kas naik menjadi Rp2,15 triliun dari tahun 2021 senilai Rp748 miliar. Hal ini didukung dengan diperolehnya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA)," ujar Direktur Utama KAEF David Utama, Senin (3/4/2023).

"Kepercayaan investor menjadi bukti adanya prospek positif bagi KAEF dan industri kesehatan di Indonesia," lanjut dia.

Adanya aksi korporasi unlock value ini mendukung modal kerja dan pengembangan bisnis KFA dengan New Bussiness Model with Digitalization, mengkombinasikan offline dan online store dengan strategi omnichannel, integrasi Apotek-Klinik-Lab Diagnostika, serta New Digital Channel.

Adapun pasca aksi korporasi unlock value KFA menghasilkan dana sebesar Rp1,86 triliun disertai dengan pembebanan pajak sebesar Rp76 miliar. Selain itu, di tahun 2022 entitas anak KAEF yaitu KF Dawaa di Saudi Arabia membukukan kerugian

 

Akselerasi Layanan Kesehatan, Kimia Farma Laboratorium & Klinik Tampilkan Wajah Baru

Kimia Farma Laboratorium & Klinik
Kimia Farma Laboratorium & Klinik melakukan rebranding dalam akselerasi layanan kesehatan di Indonesia. Dalam mendukung hal tersebut, Perusahaan meluncurkan identitas baru dengan brand face Kimia Farma Laboratorium & Klinik.

Kimia Farma Laboratorium & Klinik melakukan rebranding dalam akselerasi layanan kesehatan di Indonesia.Dalam mendukung hal tersebut, Perusahaan meluncurkan identitas baru dengan brand face Kimia Farma Laboratorium & Klinik.

Direktur Utama Kimia Farma Laboratorium & Klinik, Ardhy Nugrahanto Wokas menyampaikan, pembaharuan ini semakin memotivasi perusahaan untuk terus mengoptimalkan produk dan layanan. Itu selaras dengan komitmen perusahaan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas mutu layanan untuk seluruh pelanggan.

"Perubahan identitas menjadi langkah strategis korporasi untuk menciptakan semangat dan sinergi baru dalam mewujudkan layanan kesehatan yang terdepan dan terintegrasi secara nasional," ujar Ardhy di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

Menurut dia, transformasi Kimia Farma Diagnostika Laboratorium & Klinik juga akan menghadirkan citra baru bagi pelanggan, pemegang saham, pemangku kepentingan, dan lainnya melalui implementasi kebaruan dalam pelayanan pada outlet dan kualitas mutu. Sehingga dapat meningkatkan kepercayaan terhadap layanan.

"Ini merupakan momentum transformasi menyeluruh terhadap kualitas layanan Laboratorium & Klinik untuk mempertahankan eksistensi kami pada posisi puncak dalam Industri Kesehatan Indonesia. Selain itu juga menjadi penggerak bagi perubahan seluruh unit bisnis di bawah Bio Farma Group," imbuhnya.

Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk Percepatan Penurunan Stunting dari hulu, pada kesempatan ini juga dilaksanakan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Nantinya akan mempermudah akses masyarakat mendapatkan pelayanan.

Sinergi yang dilakukan pada launching rebranding juga tidak luput dari sejarah panjang selama 13 tahun memberikan pelayanan kesehatan, serta keberpihakan terhadap askesibilitas layanan kesehatan.

"Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan pada pelanggan, mitra, dan partner bisnis dari Kimia Farma Laboratorium & Klinik yang telah berpartisipasi dalam memajukan perusahaan dan menjadi alasan untuk tetap bertahan di segala perubahan dan tantangan kesehatan," tuturnya.

Lepas Ketergantungan Impor, Kimia Farma Produksi 13 Item Bahan Baku Obat

Klinik kesehatan PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur
Klinik kesehatan PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (dok: humas)

Sebelumnya, Kimia Farma mendukung program Pemerintah dalam mencapai ketahanan industri farmasi nasional. Melalui anak usahanya, Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) mengembangkan Bahan Baku Obat (BBO) sesuai dengan prioritas kebutuhan nasional.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama mengatakan, hal ini sejalan dengan tujuan penurunan impor bahan baku farmasi dalam negeri.

“Melalui inovasinya diharapkan Kimia Farma dapat ikut berperan dalam menurunkan jumlah impor BBO atau Active Pharmaceutical Ingredients (API) di Indonesia, serta dapat terus mengoptimalisasi penggunaan BBO dalam negeri,” ungkap David dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (18/2/2023).

Direktur Utama KFSP, Pamian Siregar menyampaikan bahwa pada tahun 2022 KFSP telah berhasil memproduksi 13 item BBO yaitu simvastatin, atorvastatin, rosuvastatin, clopidogrel, entecavir, remdesivir, tenofovir, lamivudine, zidovudine, efavirenz, attapulgite, iodium povidone dan amlodipine.

“Komitmen Kimia Farma dalam menciptakan produk bahan baku obat dalam negeri sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan fasilitas produksi KFSP yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dan sertifikat Halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sehingga dihasilkan produk berkualitas dan berdaya saing,” tambah Pamian.

KFSP meraih penghargaan sebagai industri farmasi yang berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kemandirian bahan baku obat nasional.

Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Penny K. Lukito kepada Direktur Utama KFSP, Pamian Siregar.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya