Liputan6.com, Jakarta - Usai menguat, harga emas berbalik arah melemah dan turun di bawah USD 2.000 per ounce setelah data menunjukkan sektor manufaktur Amerika Serikat (AS) berkontraksi selama enam bulan berturut-turut pada April 2023.
Dikutip dari Kitco.com, Selasa (2/5/2023), indeks Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) berada di posisi 47,1 persen bulan lalu, sedikit lebih baik dari yang diharapkan 46,8 persen. ISM pada April 2023 0,8 persen lebih tinggi dari 46,3 persen pada Maret.
Baca Juga
Adapun pembacaan di atas 50 persen dalam indeks tersebut menandakan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Semakin jauh suatu indikator berada di atas atau di bawah 50 persen, semakin besar atau kecil tingkat perubahannya.
Advertisement
Indeks ketenagakerjaan naik ke wilayah ekspansi dengan bertambah 3,3 persentase menjadi 50,2 persen pada April 2023. Indeks harga juga berhasil masuk ke wilayah ekspansi, meningkat 4 persen menjadi 53,2 persen dari posisi Maret sebesar 49,2 persen. Indeks pesanan baru naik 1,4 persentase menjadi 45,7 persen tetapi tetap berada di wilayah kontraksi.
"Sektor manufaktur Amerika Serikat mengalami kontraksi lagi, namun, PMI manufaktur meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan kontraksi yang lebih lambat,” ujar Chairman of the ISM Manufacturing Business Survey Committee, Timothy Fiore.
Dari enam industri manufaktur terbesar, produk minyak dan batu bara serta peralatan transportasi mencatatkan pertumbuhan pada April 2023.
Setelah rilis, harga emas turun dengan emas berjangka Comex turun 0,12 persen pada Juni diperdagangkan di posisi USD 1.996,70.
Pekan Ini, Harga Emas Diprediksi Melemah
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assualbi menuturkan, harga emas dunia cenderung fluktuatif. Setelah menguat signifikan ke posisi USD 2.000 per ounce kemudian berbalik melemah.
Adapun harga emas dunia yang sempat menguat tersebut dipicu belum ada kesepakatan antara Partai Demokrat dan Republik di Kongres mengenai utang pemerintah Amerika Serikat (AS) yang jatuh tempo pada 1 Juni 2023.Selain itu, ada bank di AS yang alami gagal bayar setelah Silicon Valley Bank.
"Meski ekonomi AS tumbuh pada kuartal I 2023 sekitar 1,1 persen tetapi banyak bank alami kebangkrutan. Meski Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menuturkan, ketahanan ekonomi Amerika Serikat cukup kuat tetapi pelaku pasar khawatir perbankan. Akibatnya investor pada posisi beli sehingga (harga emas-red) dekati USD 2.000, tetapi harga emas kembali berada di bawah USD 2.000,” ujar Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (2/5/2023).
Advertisement
Prediksi Harga Emas Dunia
Ibrahim menambahkan, harga emas merosot tersebut dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada pekan ini. Diperkirakan the Fed menaikkan suku bunga lagi dan itu yang ditakutkan pelaku pasar. Pelaku pasar khawatir suku bunga naik di atas 25 basis poin (bps).
“Banyak bank sentral negara bagian mengatakan inflasi masih tinggi 5 persen. Ada kekhawatiran suku bunga bank sentral AS naik 50 basis poin. Namun, denga nada kebangkrutan (bank-red) di AS, bank sentral akan turunkan suku bunga. Informasi ini akan terjawab pada pertemuan the Fed Rabu dan Kamis pekan ini,” ujar dia.
Ibrahim menilai, penantian terhadap pertemuan the Federal Reserve itu membuat harga emas fluktuatif dengan cepat naik dan lekas turun. Namun, Ibrahim menilai, koreksi harga emas masih wajar.”Ini yang bermain spekulan, sebagai instrument paling ramai diminati investor harga emas secara teknikal naik turun,” kata dia.
Ibrahim prediksi, pada pekan ini harga emas akan cenderung melemah yang dipengaruhi hasil pertemuan the Fed. Secara teknikal, ia prediksi, harga emas akan berada di kisaran level support USD 1.974 dan level resistance USD 1.997.