Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui harga tiket pesawat meroket selama musim mudik lebaran tahun ini.
Kenaikan harga tiket pesawat tersebut didorong oleh permintaan dari masyarakat yang tinggi. Momentum tersebut pun dimanfaatkan para maskapai penerbangan untuk menaikkan harga tiket pesawat.
Baca Juga
“Kenaikan harga tiket ini karena demain side sehingga harga tiket pesawat dipepet ke batas atas,”kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2023).
Advertisement
Airlangga menyebut setelah musim lebaran berakhir, harga tiket pesawat akan kembali turun. Sejalan dengan permintaan yang mereda karena tidak lagi musim mudik.
“Dengan demain side, musim lebaran berakhir, harga tiket pesawat bisa normal lagi,” kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi pada bulan April 2023 tercatat sebesar 0,33 persen (mtm). Pendorong inflasi pada Ramadan dan lebaran tahun ini dari kelompok transportasi dengan inflasi 0,84 persen dan andilnya terhadap kenaikan inflasi April 2023 yakni 0,11 persen.
Meski begitu, pemerintah akan tetap mencari cara agar harga tiket pesawat menjadi lebih terjangkau. Sebab mahalnya tiket pesawat sebagian besar disumbang dari harga avtur.
“Ongkos (tiket pesawat) ini 70 persen ini kan avtur. Nanti kita bandingkan dengan negara lain. Kalau negara lain bisa murah, kenapa kita enggak bisa. Nah caranya gimana ini nanti kita cari tahu dan ini akan kita perhatikan,” pungkasnya .
Inflasi di Puasa dan Lebaran 2023 Lebih Rendah Dibanding Tahun Lalu
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan bahwa tingkat inflasi April 2023 yang bertepatan pada bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri berada di angka 0,33 persen (mtm). Tingkat inflasi di Ramadan dan Lebaran tahun ini mengalami penurunan.
“Inflasi bulanan di 2023 di bulan April 0,33 persen (mtm)dan ini lebih rendah dibandingkan dengan Ramadan dan lebaran di tahun 2022,” kata Margo di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Selasa (2/5/2023).
Berdasarkan data BPS, tingkat inflasi Ramadan dan Lebaran tahun 2022 tercatat sebesar 0,40 persen (mtm). Tahun 2022 sebesar 0,32 persen, tahun 2020 sebesar 0,7 persen (mtm) karena masa awal pandemi dan tahun 2019 0,55 persen (mtm).
Margo menjelaskan penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh beberapa peristiwa. Pertama, pasokan produk hortikultura relatif terjaga karena bertepatan dengan panen raya selama bulan Maret dan April. Akibatnya komoditas cabai merah dan cabai rawit mengalami deflasi. Sehingga bisa meredam tingkat inflasi umum.
Kedua, andil inflasi beberapa komoditas pangan di bulan April 2023 relatif lebih rendah dibandingkan momentum Ramadan dan Lebaran tahun sebelumnya.
Advertisement
Pendorong Inflasi
Sementara itu, pendorong inflasi pada Ramadan dan lebaran tahun ini dari kelompok transportasi dengan inflasi 0,84 persen dan andilnya terhadap kenaikan inflasi April 2023 yakni 0,11 persen.
Inflasi pada angkutan udara dengan andil 0,06 persen, angkutan antar-kota 0,03 persen dan komoditas emas perhiasan dengan andil 0,02 persen. Selain itu, daging ayam ras juga memberikan andil inflasi 0,02 persen dan beras memberikan andil sebesar 0,02 persen dan rokok kretek/filter andilnya 0,02 persen.
“Jadi secara garis besar, inflasi di periode Ramadan dan Lebaran ini lebih rendah dari tahun lalu,” kata dia.
Margo mengatakan, rendahnya inflasi kali ini tidak terlepas dari kesiapan berbagai pihak. Termasuk berkat panen raya produksi hortikultura yang bisa mempengaruhi inflasi di April 2023.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com