Jumlah Penduduk Indonesia Bakal Disalip Nigeria dan Pakistan di 2045

Indonesia saat ini masih menempati posisi ke-4 sebagai negara populasi terpadat di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 273,5 juta orang.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Mei 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2023, 13:00 WIB
FOTO: Waspada Ancaman Omicron hingga Februari Mendatang
Indonesia saat ini masih menempati posisi ke-4 sebagai negara populasi terpadat di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 273,5 juta orang.. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia saat ini masih menempati posisi ke-4 sebagai negara populasi terpadat di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 273,5 juta orang. Angka jumlah penduduk tersebut bakal terus bertumbuh hingga 50 juta orang lebih sampai 2045.

Namun, Indoneisa nantinya tidak lagi jadi negara terpadat keempat dunia. Posisinya bakal disalip Nigeria dan Pakistan yang tren pertumbuhan penduduknya meroket.

Hal itu dikatakan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Soeharso Monoarfa, dalam Musrenbangnas RKP 2024 dan Peluncuran Proyeksi Penduduk 2020-2050, Selasa (16/5/2025).

"Hasil proyeksi dengan skenario tren business as usual menunjukan jumlah penduduk pada 2045 akan mencapai 324 juta, atau bertambah 54,42 juta orang dari tahun 2020," kata Soeharso.

Dari hasil perhitungan itu, ia memaparkan, pertumbuhan penduduk periode 2020-2050 rata-rata sebesar 0,67 persen setiap tahunnya, atau terus melambat setiap tahun.

Porsi Penduduk

Sementara proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun dari 24,65 persen pada 2020 menjadi 19,61 persen pada 2045. Sedangkan penduduk usia 65 tahun ke atas naik dari 6,16 persen menjadi 14,61 persen pada 2045.

Soeharso menilai, saat ini perubahan struktur penduduk sedang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pada 2023, ia menyebut India menjadi negara dengan penduduk terbanyak menggantikan China yang mengalami pertumbuhan penduduk negatif sejak tahun 2021.

"Posisi Indonesia pada 2020 masih jadi keempat penduduk terbesar dunia. Namun pada 2045 posisi Indonesia menurun ke peringkat ke-6. Ini karena pertumbuhan penduduk melambat sejak tahun 2030. Posisi keempat dan kelima akan ditempati oleh Nigeria dan Pakistan," tuturnya.

 

Bank Dunia Puji Indonesia dalam Kurangi Kemiskinan Ekstrem

Angka Kemiskinan di Indonesia Turun
Warga beraktivitas di permukiman kumuh Muara Baru, Jakarta, Rabu (19/1/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Indonesia turun menjadi 26,5 juta orang per September 2021 dari sebelumnya mencapai 27,54 juta orang pada Maret 2021. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Country Director World Bank Indonesia, Satu Kahkonen memuji kemajuan yang dicapai Indonesia dalam mengurangi angka kemiskinan.

“Selama 20 tahun terakhir, kita telah melihat kemajuan yang luar biasa dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia,” kata Satu Kahkonen dalam acara Indonesia Poverty Assessment yang digelar Bank Dunia di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Seperti diketahui, pada 2021, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan upaya pemerintah untuk memberantas kemiskinan ekstrem mendekati 0 persen pada tahun 2024.

Di 2023 ini, dengan tingkat kemiskinan ekstrim di Indonesia yang berkurang sebesar 1,5 persen, Kahkonen menyakini, target ini pada dasarnya tercapai.

“Ini adalah pencapaian yang mengesankan. Dan saya ingin mengucapkan selamat kepada Indonesia dan Pemerintah Indonesia atas pencapaian yang luar biasa ini,” ujarnya.

Ketika melihat ke depan, dengan Indonesia yang kini berdokus fokus pada transisi ke status berpenghasilan tinggi, Bank Dunia menyarankan, akan membutuhkan kebijakan.

“Hal ini tidak hanya menyesuaikan kemajuan dalam pengentasan kemiskinan, tetapi juga memperhatikan pendapatan yang lebih tinggi dan ketahanan ekonomi ekonomi bagi masyarakat Indonesia,” jelas Kahkonen.

 

Perluasan Definisi

Tingkat Kemiskinan Penduduk
Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). Bank Dunia mengukur tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Clas atau kelas menengah mempunyai pendapatan US$ 5,5 atau setara Rp 77 ribu per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Oleh karena itu, sejalan dengan ambisi tersebut, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan perluasan definisi masyarakat miskin, katanya.

Hal ini dapat dilakukan, menurut Kahkonen, misalnya dengan menggunakan garis kemiskinan internasional sebesar USE 3,20 alih-alih garis USD 1,90 yang saat ini digunakan.

“Jika kita menerapkan definisi kemiskinan yang lebih luas ini, ada sekitar satu dari enam orang Indonesia yang dalam kondisi miskin, atau sekitar 40 juta orang,” ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya