Jepang Catat Rekor Penurunan Populasi Tertinggi dalam Sejarah

Populasi warga negara Jepang turun menjadi 120,3 juta orang pada Oktober 2024. Data resmi menunjukkan ada penurunan rekor sebanyak 898.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Diperbarui 16 Apr 2025, 10:42 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2025, 10:42 WIB
Tradisi Warga Jepang Memulai Kerja di Tahun Baru
Orang-orang yang memakai masker wajah melakukan tradisi doa untuk Tahun Baru pada hari kerja pertama tahun ini di Kuil Kanda Myojin, di Tokyo, Jepang, Senin (4/1/2021). Masyarakat Jepang berdoa bersama di kuil tersebut untuk memohon kelancaran bisnis. (AP Photo/Koji Sasahara)... Selengkapnya

, Tokyo - Untuk tahun ke-14 berturut-turut, populasi Jepang mengalami penurunan hingga mencapai angka terendah. Jumlah penduduk asli turun hampir 900.000 orang, ini adalah penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Populasi warga negara Jepang turun menjadi 120,3 juta orang pada Oktober 2024. Data resmi menunjukkan pada Senin (14/4), ada penurunan rekor sebanyak 898.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Tingkat kelahiran negara ini termasuk yang terendah di dunia, dan menyebabkan masalah besar bagi masyarakat, sektor bisnis, menurunnya angkatan kerja hingga berkurangnya jumlah konsumen.

Krisis Populasi di Luar Tokyo dan Saitama

Penurunan ini adalah penurunan berturut-turut yang ke-13 kalinya untuk populasi asli (non-warga negara asing). Ini adalah yang terbesar sejak pemerintah mulai mengumpulkan data yang dapat dibandingkan pada tahun 1950, menurut Kementerian Dalam Negeri.

Termasuk warga negara asing, populasinya juga turun sebanyak 550.000 orang menjadi 123,8 juta. Ini adalah penurunan tahunan ke-14 berturut-turut.

Hanya dua prefektur, Tokyo dan Saitama, yang mengalami peningkatan populasi, sementara angka populasi di 45 prefektur lainnya di negara itu menurun.

Prefektur Akita, yang terletak di bagian utara Pulau Honshu, mencatatkan penurunan yang paling signifikan.

Populasi Jepang mencapai puncaknya pada 2008, dan sejak itu terus menurun karena tingkat kelahiran yang rendah.

 

Isu Kesejahteraan dan Ekonomi

Potret Semarak Musim Sakura di Tokyo Jepang, Turis Asing dan Warlok Berebut Momen Indah
Turis asing dan warga lokal Tokyo, Jepang, berebut momen untuk mendapatkan foto terbaik di musim sakura. (dok. Richard A. Brooks / AFP)... Selengkapnya

Dalam sebuah briefing, Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan bahwa pemerintah Jepang telah berusaha memberikan bantuan kepada orangtua muda yang merasa terlalu terbebani secara ekonomi untuk memiliki anak. "Kami memahami bahwa penurunan tingkat kelahiran terus berlanjut karena banyak orang yang ingin membesarkan anak tidak dapat memenuhi keinginan mereka," kata Hayashi.

Pemerintah Jepang berusaha menaikkan upah bagi orang muda sambil juga menawarkan bantuan dalam merawat anak, tambahnya.

"Kami akan mempromosikan langkah-langkah komprehensif untuk mewujudkan masyarakat di mana setiap orang yang ingin memiliki anak dapat memiliki anak dan membesarkannya dengan tenang," tambah Hayashi.

Sementara Jepang telah mengandalkan pekerja asing muda sebagai sumber tenaga kerja, pemerintah tetap mempertahankan kebijakan imigrasi yang ketat, hanya memungkinkan pekerja asing masuk secara sementara.

Pada 2023, Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan bahwa pemerintah akan mengalokasikan sekitar 3,5 triliun yen (sekitar Rp414,75 triliun) setiap tahun untuk perawatan anak dan langkah-langkah lain untuk mendukung orangtua.

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya