Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan bahwa negaranya masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tsekitar 5 persen.
Mengutip CNBC International, Rabu (28/6/2023) PM Li Qiang menyebut, ekonomi China kuartal II diperkirakan tumbuh lebih cepat daripada di kuartal I.
Baca Juga
Pada kuartal I 2023, ekonomi China tumbuh sebesar 4,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan. Namun, data selanjutnya menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat. Data ekonomi untuk bulan Mei meleset dari ekspektasi analis.
Advertisement
"Dari apa yang kita lihat tahun ini, ekonomi China menunjukkan momentum pemulihan dan perbaikan yang jelas," ujar Li Qiang melalui siaran langsung pleno pembukaan Pertemuan Tahunan Para Juara Baru Forum Ekonomi Dunia.
Konferensi akan berlangsung dari Selasa hingga Kamis di Tianjin, China. Pertemuan tahun ini menandai pertama kalinya sejak pandemi, konferensi tahunan World Economic Forum’s Annual Meeting of the New Champions.
China mengumumkan target pertumbuhannya sekitar 5 persen untuk tahun ini.
Pada Maret 2023, Li Qiang mengatakan kepada wartawan bahwa ekonomi China meningkat dan beberapa organisasi internasional telah menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi setahun penuh.
Namun, perkiraan ekonom untuk ekonomi China tahun ini berfluktuasi.
Beberapa bank investasi, termasuk Goldman Sachs, JPMorgan, UBS, dan Bank of America memangkas perkiraan PDB China dalam beberapa pekan terakhir. Awal tahun ini, banyak perusahaan telah menaikkan ekspektasi mereka untuk pertumbuhan 2023.
Kemudian di bulan Juni, Bank Dunia menaikkan perkiraan pertumbuhan China tahun ini menjadi 5,6 persen, naik dari 4,3 persen sebelumnya.
Dana Moneter Internasional juga menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China menjadi 5,2 persen, naik dari 4,4 persen sebelumnya.
PM China Tekankan Pentingnya Kerja Sama Global
Li Qiang juga menekankan perlunya kerja sama global dalam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
"Karena globalisasi ekonomi telah menjadikan ekonomi dunia sebagai satu kesatuan utuh di mana kepentingan setiap orang terjalin erat, negara-negara saling bergantung, saling berhubungan satu sama lain, pada ekonomi mereka," ujar Li Qiang.
"Kita dapat memungkinkan kesuksesan satu sama lain," ucapnya.
Dalam pidatonya, Li Qiang juga menyoroti isu keamanan sebagai hal yang penting dalam konteks kebutuhan untuk menghargai perdamaian dan stabilitas".
Advertisement
Bank Ternama Keroyokan Pangkas Ramalan Ekonomi China 2023
Empat bank besar di negara Barat ramai-ramai memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk tahun 2023.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (16/6/2023) UBS, Standard Chartered, Bank of America (BoA) dan JPMorgan sekarang meramal pertumbuhan ekonomi China antara 5,2 persen dan 5,7 persen untuk 2023.
Ini menandai penurunan dari proyeksi di kisaran sebelumnya sebesar 6,3 persen. Data menunjukkan ekonomi China per bulan Mei terpengaruh dengan produksi industri dan pertumbuhan penjualan ritel yang meleset dari perkiraan, menambah ekspektasi bahwa Beijing perlu bekerja lebih keras untuk menopang pemulihan pasca-pandemi yang goyah.
China sendiri telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang sederhana sekitar 5 persen untuk tahun ini setelah gagal mencapai target di 2022 lalu.
Bank sentral China juga memangkas suku bunga pada fasilitas pinjaman jangka menengah, pelonggaran pertama dalam 10 bulan, membuka jalan bagi pemotongan suku bunga acuan pinjaman utama (LPR) minggu depan.
Ekonom UBS memangkas perkiraan PDB China menjadi 5,2 persen dari 5,7 persen dan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa mereka melihat masih akan ada lebih banyak dukungan kebijakan yang akan datang.
Sedangkan ekonom di Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China menjadi 5,4 persen dari 5,8 persen sebelumnya.
"Stimulus tambahan kemungkinan akan diukur, karena China memprioritaskan peningkatan iklim bisnis dan kepercayaan diri," kata para ekonom dalam sebuah catatan.
Standard Chartered dan BofA Ikut Pangkas Ramalan Ekonomi China
Adapun Standard Chartered yang menurunkan perkiraan pertumbuhan kuartal kedua China menjadi 5,8 persen dari 7 persen.
Pertumbuhan ekonomi China pada periode April-Juni secara luas diperkirakan akan didorong oleh basis perbandingan yang rendah mengingat lockdown COVID-19 yang meluas setahun sebelumnya.
BofA juga menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China 2023 menjadi 5,7 persen dari 6,3 persen, sementara JPMorgan sebelumnya memangkas prospeknya menjadi 5,5 persen dari 5,9 persen.
China akan meluncurkan lebih banyak stimulus untuk mendukung ekonomi yang melambat tahun ini, tetapi pihak berwenang nnegara itu cenderung fokus untuk menopang permintaan yang lemah di sektor konsumen dan swasta, menurut sumber yang terlibat dalam diskusi kebijakan.
Advertisement