Rencana PLN Tekan Emisi Karbon, Bongkar PLTU hingga Batalkan Perjanjian Jual Beli Listrik

PLN sudah melakukan pembatalan power purchase agreement (PPA) atau perjanjian jual-beli listrik sebesar 1,3 GW untuk PLTU. Lewat upaya ini, PLN mampu menekan sekitar 179 juta MT CO2 selama 25 tahun.

oleh Arief Rahman H diperbarui 05 Jul 2023, 19:28 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 19:10 WIB
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo  dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (5/7/2023). Darmawan mengungkap rencana pengurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). (Arief/Liputan6.com)
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (5/7/2023). Darmawan mengungkap rencana pengurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkap rencana pengurangan penyediaan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ini jadi bagian PLN membidik implementasi energi baru terbarukan (EBT) yang lebih luas.

Langkah ini, kata Darmawan, sejalan dengan upaya untuk menekan emisi karbon. Dimana pemerintah menargetkan nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.

"Pertama, kita sudah melakukan penghapusan 13,3 GW PLTU dalam fase perencanaan yang artinya ini adalah avoiding, menghindari emisi gas rumah kaca sebesar 8 MT selama 25 tahun," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (5/7/2023).

Di sisi lain, PLN juga sudah melakukan pembatalan power purchase agreement (PPA) atau perjanjian jual-beli listrik sebesar 1,3 GW untuk PLTU. Lewat upaya ini, PLN mampu menekan sekitar 179 juta MT CO2 selama 25 tahun.

Lalu, PLN juga telah mengganti 1,1 GW listrik dari PLTU dalam fase perencanaan dan menggantinya dengan pembangkit EBT. Artinya, ini mengurangi emisi karbon sebesar 150 juta ton selama 25 tahun.

"Kami juga mengganti sekitar 800 MW PLTU dengan pembangkit gas ini mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 60 persen dibandingkan dengan PLTU batu bara," jelasnya.

Darmawan juga melakukan co-firing biomassa pada 37 PlTU dan akan mencapai 52 PLTU pada 2025. Lalu, menjalankan program dedieselisasi sebesar 1 GW. Serta, ada uji coba carbon trading di 26 PLTU.

"Kemudian dalam proses ini kami merancang RUPTL yang paling hijau dalam sejarah PLN dan juga dalam sejarah Indonesia yaitu 21 GW penambahan pembangkit EBT atau 51,6 persen penambahan pembangkit adalah berasal dari EBT," paparnya.

Pemanfaatan FABA

PLN mendorong pemanfaatan material Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara di PLTU menjadi bahan baku keperluan berbagai sektor. (Dok PLN)
PLN mendorong pemanfaatan material Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara di PLTU menjadi bahan baku keperluan berbagai sektor. (Dok PLN)

Diberitakan sebelumnya, Sebanyak 8.517 ton abu sisa pembakaran batu bara atau Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) telah dikelola PT PLN (Persero) dan dimanfaatkan masyarakat Papua untuk bahan baku campuran infrastruktur. FABA ini dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp sepanjang 2022 hingga Juni 2023.

FABA dimanfaatkan antara lain untuk bahan baku roadbase di jalan utama Distrik Muara Tami dan halaman Musala Al-Muhajirin, Kampung Soroyati, Kabupaten Keerom.

Tidak hanya itu, FABA juga dimanfaatkan untuk pembuatan paving blok dan batako untuk pembangunan rumah mengaji di Koya Barat dan Gereja GKI Pasir 2.

Selain itu, PLN juga menggandeng Kodam XVII/Cenderawasih dalam pembuatan breakwater dan paving block di lingkungan PLTU Holtekamp.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pemanfaatan FABA dari PLTU batu bara sukses menyulap sampah menjadi lebih bernilai ekonomis bagi masyarakat. FABA diolah menjadi paving block, batako, hingga bahan untuk roadbase, dan diharapkan menjadi katalis penggerak roda ekonomi masyarakat di sekitar PLTU.

"PLN terus mendorong upaya pemanfaatan FABA menjadi produk bernilai tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan upaya kami dalam menjalankan komitmen perusahaan terhadap prinsip Environmental, Social and Governance yang menciptakan pembangunan ekonomi berkelanjutan," ujar Darmawan, Rabu (5/7/2023).

 

Kategori

PLN membangun rumah mengaji dan marbot Ar-Razaq di Kampung Selayar, Kota Jayapura, Papua.
Melalui Yayasan Baitul Maal (YBM), PT PLN (Persero)  memanfaatkan 28 ton limbah hasil pembakaran batu bara atau Fly Ash Bottom Ash (FABA) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp untuk membangun rumah mengaji dan marbot Ar-Razaq di Kampung Selayar, Kota Jayapura, Papua.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat Budiono merinci, pemanfaatan 8.517 ton FABA di Papua ini diserap masyarakat untuk beberapa kategori.

Sebanyak 3.669 ton FABA dimanfaatkan untuk lingkungan internal PLN sedangkan untuk lingkungan eksternal FABA yang digunakan sebanyak 4.848 ton.

"Kami berharap ke depannya, FABA ini bisa semakin banyak digunakan dan menjadi salah satu pilihan bahan baku berkualitas. Untuk di lingkungan PLN sendiri, saat ini FABA kami manfaatkan menjadi roadbase, paving block dan bahan baku breakwater pada lingkungan PLTU Holtekamp. Tahun 2022, penyerapan penggunaan FABA mencapai 5.388 ton. Semoga tahun ini bisa lebih

Infografis Ladang Gas
10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya